Siapa yang rajin dan tekun, maka suatu saat nanti bakal memetik buahnya. Bukan hanya tekun dalam profesi saja, namun juga tekun dalam berdoa. Buah itu antara lain kesuksesan karir dan rumah tangga. "Bapak tidak banyak bicara. Orangnya sangat tekun dan telaten. Mungkin kalau ada yang bilang sukes, ya karena itu," kata Soelistiani, istri Soegiono, saat ditemui Jawa Pos di kediamannya kemarin.
Sangat mungkin sifat itu pula yang membuat kesengsem Soelistiani sehingga bersedia disunting. "Saya itu peknggo (ngepek tonggo, Red). Istri saya tetangga kampung di kawasan Pucang. Dia, adik kelas dua tahun di bawah saya semasa SMA," sahut Soegiono sambil melirik istrinya.
Lazimnya muda-mudi sekarang, sebelum nikah pasutri ini juga sempat berkenalan dan pacaran. Hanya, waktunya tidak terlalu lama. Bahkan, Soegiono mengaku, sebelum dirinya lulus dari Teknik Perkapalan ITS sudah mempersunting gadis alumnus Fakultas Ekonomi Unair ini. "Saya pikir usia tidak masalah. Saya sudah bekerja dan berfikir buat apa lama-lama menunggu. Jadi, ya langsung saya nikahi dia,"cerita Soegiono yang menikah pada usia 25 tahun ini.
Lantaran tak banyak omong, ketika memarahi anaknya pun Soegiono cukup didiamkan saja. Tapi, lanjut Soelistiani, justru itu yang membuat anak-anaknya segan. "Mungkin karena segan itu, dalam hal apa pun anak-anak lebih terbuka pada saya. Sampai minta uang pun, anak-anak jarang yang langsung minta ke Bapak. Tapi keluhan anak-anak pasti sampai ke Bapak," tambahnya.
Dalam mendidik anaknya, keluarga ini juga terbilang sangat demokratis. Dari mulai memilih studi sampai memilih jodoh. Meski sebagai orang pertama di ITS, tetapi bukan berarti anak-anaknya bisa "jalan tol" diterima di fakultas yang diinginkan. "Kalau saya sih ingin agar anak-anak ada yang di disiplin ilmu lain. Tetapi ternyata mereka ramai-ramai memilih teknik semua. Ya sudah, dan itu memang pilihan hidup mereka sendiri. Orang tua kan hanya bisa memberi alternatif saja," jelas Soegiono.
Urusan jodoh anaknya tidak pilih-pilih. "Yang penting anak-anak sudah menganggap baik. Kami merestui. Tapi sebelum menikah saya bilang, harus bekerja dulu. Jangan asal seneng kemudian kawin," tambahnya. Empat anaknya sudah menikah dan bekerja di Jakarta di perusahaan yang berbeda. "Jadi, saat ini saya cuma tinggal dengan Bapak dan si bungsu. Rumah ini tidak seperti dulu lagi," celetuk Soelistiani.
Meski anak-anaknya berada di luar kota, tetapi bukan berarti komunikasi putus. Boleh dibilang, setiap hari, pasangan itu selalu bergantian untuk mengabsen anak-anaknya. "Kami berprinsip komunikasi jangan sampai terputus. Sebab, apa pun masalahnya harus dirembug bersama-sama," jelasnya.
Jalinan komunikasi itu bukan hanya dilakukan antarorang tua dengan anak saja. Soegiono menambahkan, dia dan istrinya juga selalu berunding. Bukan hanya soal anak, kesibukan atau aktivitas masing-masing juga sering dibicarakan bersama. "Bapak itu orangnya jujur. Apa pun diceritakan apa adanya ke saya," ujar Soelistiani.
Dia menambahkan, meski usianya sudah berkepala lima, tetapi bukan berarti rasa sayang suami pada dirinya berkurang. Justru, tuturnya, makin besar. "Ketika ada undangan, saya justru sering diajak. Dulu masih ada anak-anak malah jarang," kenangnya. (m. sholahuddin)
Kampus ITS, ITS News — Teknologi pascapanen memiliki peranan penting dalam menjaga mutu hasil panen sebelum dipasarkan. Peduli akan
Kampus ITS, ITS News — Dalam misi memperkenalkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kepada masyarakat umum, setiap tahunnya ITS
Kampus ITS, ITS News — Semakin tingginya kebutuhan listrik rumah tangga menyebabkan perlu adanya inovasi sumber energi terbarukan sebagai
Kampus ITS, ITS News — Kesalahan yang sering terjadi pada optimalisasi sistem mesin menjadi fokus Institut Teknologi Sepuluh Nopember