Rabu (21/7) sebelum penandatanganan kerja sama itu, Said Irandoust telah memberikan pemandangan umum tentang manajamen perguruan tinggi yang kini sedang berkembang di benua Eropa dan dunia. Saat itu didampingi Pembantu Rektor I ITS, Prof Ir Noor Endah MSc, PhD, Said mengatakan, dalam pengelolaan universitas atau perguruan tinggi ke depan tidak akan berjalan atau berhasil jika tidak didukung dengan berbagai bentuk kerja sama, baik kerja sama sesama perguruan tinggi atau dengan kalangan industri. "Di Boras University, kami menjalin kerja sama melalui berbagai kegiatan riset dengan industri, dan ini bisa dijadikan sebagai salah satu upaya penggalian dana," katanya.

Untuk itu, katanya menyarankan, sebelum melakukan kegiatan riset dengan kalangan industri, sebaiknya perguruan tinggi sudah juga harus menjalin hubungan dengan masyarakatnya. "Harus memposisikan diri di masyarakat terlebih dahulu serta menunjukkan pola kerja yang efisien dan memiliki disiplin akademik yang tinggi. Tanpa itu kalangan industri akan ragu untuk melakukan kerja sama," katanya.

Usai penandatanganan Said mengatakan, pihaknya menyambut baik penandatanganan kerja sama dengan ITS ini. Pihaknya selalu terbuka untuk berbagai kepentingan kerja sama baik dengan industri maupun dengan perguruan tinggi. "Di Indonesia perguruan tinggi yang sudah melakukan kerja sama antara lain UGM Yogyakarta dan ITB Bandung. Mereka bisa saling tukar-menukar tenaga pengajar dan mahasiswa," kata guru besar bidang Teknik Kimia ini.

Sementara itu Rektor ITS Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA mengatakan, secara global kini pengelolaan perguruan tinggi memang sedang mengalami perubahan paradigma. Di Jepang misalnya, mulai 1 April 2004 lalu semua perguruan tinggi di sana sedang mengalami perubahan paradigma, dari pengelolaan yang selama ini dibiayai negara secara penuh ke pembiayaan mandiri, semacam PTBHMN di sini, ITS cepat atau lambat akan menuju ke arah sana," lata Nuh.

Menurut Nuh, apa kerja sama yang dilakukan dengan Boras University, Swedia itu berkait dengan keinginan ITS untuk mendapatkan pengakuan internasional lebih cepat lagi. "Adapun kerja sama itu meliputi bidang penelitian dan publikasi hasil-hasil penelitian, pertukaran tenaga pengajar untuk kepentingan pemberian beasiswa, serta pertukaran mahasiswa untuk kepentingan studi dan penelitian," katanya.
(Humas–ITS, 23 Juli 2004)