ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Hermawan : Take Risk Perlu, Tapi Bukan Bonek

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Setidaknya ada tiga hal yang diutarakan oleh Hermawan Kertajaya pakar marketing kelas dunia dari Indonesia. Salah satu hal yang paling utama adalah jeli dalam melihat peluang.

Peluang ada dimana saja, bahkan negara dalam bahaya pun masih terdapat peluang untung memetik keuntungan. Semua diulas oleh Hermawan selama 1,5 jam dalam "Pembinaan Kewirausahaan di Lingkungan UKM" di depan ratusan mahasiswa ITS yang menyesaki
ruang sidang pascasarjana.

"Ketika jadi guru saya amati ada perbedaan mendasar dari siswa – siswa saya. Yang anaknya pengusaha tidak begitu pintar tapi jeli memanfaatkan opportunity," jelas laki-laki yang pernah kuliah di Teknik Elektro ITS ini. Menurutnya lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa entrepreneur. Ia mengambil contoh dirinya sendiri, karena ayahnya yang pegawai negeri maka dirinya pun diarahkan untuk jadi pegawai pula. "Karena tuntutan itu saya merasa sangat terlambat untuk memanfaatkan peluang yang ada," papar bapak 2 anak ini.

Hal kedua yang menjadi ciri dari seorang wirausahawan sejati adalah berani mengambil resiko. "Berani ambil resiko disini bukan berarti tanpa perhitungan. Take risk itu bukan bonek," jelas mantan guru di SMUK St Louis Surabaya ini. Ia menambahkan, pengusaha yang sudah sukses berani mempertaruhkan harta yang dipunyai untuk kemajuan usahanya. "Tapi sekali lagi ini tidak ngawur pertimbangan mereka sangat matang," terang Leading Service Markplus & Co ini serius.

Hal ketiga, selain jeli melihat opportunity dan take risk adalah bisa mengajak orang
lain untuk bekerja sama dengan dirinya. Hal ini karena menyangkut kepercayaan orang
terhadap kita. "Tidak mudah mengajak orang kerja saat usaha kita belum punya nama,
sebab mereka akan menggantungkan nasibnya pada kita. Nah kita harus bisa jadi leader
disitu," papar laki-laki yang akan dianugrahi gelar profesor dari pemerintah Swiss ini.

Di akhir acara ia memberi saran pada ITS, yang sempat memberinya banyak pengalaman,
agar membuka sekolah bisnis. "Harusnya ITS seperti Magister Information Technology (MIT)buka school bussines. Nek ITS sing bukak payu-payu (kalau ITS yang buka laku-laku, red)," yakin Hermawan di depan
PR IV ITS, Ka LPM ITS dan ratusan yang berjubel di lantai 3 gedung pascasarjana.(har)

Berita Terkait