ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

FTK ITS Kerja Sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Penandatanganan kerja sama itu dilakukan Selasa (20/7) siang di Gedung Rektorat ITS antara Dekan FTK ITS, Ir Asjhar Imron M.Sc, MSE, PED dengan Ketua STIP Kapten Parlindungan Siahaan dan disaksikan oleh Pembantu Rektor III Bidang kerja sama, Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng.

Dalam sambutannya, Asjhar Imron mengatakan, kerja sama ini bagian dari upaya menyadarkan kita bahwa pepatah yang mengatakan nenak moyang kita orang pelaut harus dipertegas lagi dengan mengatakan, masa depan kita juga ada di laut. "Ini penting mengingat saat ini upaya ke arah sana belum maksimal dilakukan, padahal faktanya 75 persen wilayah kita adalah lautan," katanya.

Dikemukakannya, sudah saatnya makna kemaritiman jangan diartikan sempit hanya membuat dan menjalankan kapal. Melainkan harus diperluas lagi untuk berbagai bidang. "Jika sektor kemaritiman kita berkembang saya yakin semua juga akan ikut berkembang, karena untuk membangun kapal misalnya, toh juga tidak dilakukan di laut, tapi di darat. Artinya, kalau sektor kemaritiman kita bangkit dan berkembang, maka sector lainnya juga akan ikut," katanya.

Sementara Kapten Parlindungan Siahaan mengatakan, minimal ada dua aspek yang ingin dibawa STIP ke ITS. Pertama, berkait dengan pasar internasional yang meminta lulusan STIP harus siap pakai mulai dari nakoda hingga di tingkat klasi. "Terus terang permintaan dari negara-negara seperti Belanda, Jepang, Taiwan, Inggris dan lainnya jumlahnya ribuan, sementara kami belum bisa memenuhi kebutuhan itu," katanya.

Dikatakan Siahaan, pelaut Indonesia mempunyai nilai lebih dibanding pelaut dari negara-negara lain, itu sebabnya pelaut Indonesia banyak dicari. "Pelaut kita terkenal ulet, tidak suka mabuk-mabukan juga tidak pernah protes," katanya. Hal kedua yang dibawa STIP ke ITS, kata Siahaan menambahkan, berkait dengan pasar nasional, dimana kini dengan otonomi daerah hampir semua propinsi atau kabupaten serta kota yang memiliki wilayah laut, semuanya seolah-olah ingin menjadi pelaut, ingin menjadikan maritim sebagai ladang pendapatan.

"Ini sepenuhnya tidak benar, ada aturan-aturan yang harus diterapkan, karena itu ITS dan STIP harus menjadi katalisator bagi pemprop, pemkot atau pemkab didalam mengatasi persoalan ini. Paling tidak membantu mereka untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan termasuk kesiapan-kesiapan yang harus dimiliki untuk mengelola bahari," katanya. Di sisi lain, katanya menambahkan, ada banyak sumber daya maritim kita yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan kemaritiman. "Ke depan hal ini harus segera diatasi, karena semua harus memiliki ukuran-ukuran yang jelas, dan saya yakin ITS melakukan itu semua," katanya.

Siahaan juga mengungkapkan tentang latar belakang kerja sama yang dilakukannya dengan ITS. "Saya sudah melakukan penelitian selama hampir tujuh tahun untuk mengatasi bagaimana menyiapkan SDM yang handal di bidang kemaritiman. Ternyata jika bekerja sendiri, kami tidak mampu, dan setelah secara sembunyi-sembunyi saya mengamati langsung ITS, maka jadilah pilihan jatuh pada ITS. Terus terang secara resmi saya di ITS baru pertama kali, tapi secara sembunyi-sembunyi untuk mencari data tentang ITS saya sudah terhitung tiga kali ke sini," katanya. (Humas, 20 Juli 2004)

Berita Terkait