ITS News

Kamis, 18 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

"BODOL, BOTOL dan BOBOL" kunci sukses entrepreneur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan menghadirkan Puspo Wardoyo (pendiri restoran ayam bakar Wong Solo) dan Purdi E. Chandra (Direktur PRIMAGAMA) di session pertama dan session kedua diisi Edy Setijono (Direktur PT Aseli Dagadu Djogja) dan Syafi’I Tamam (Direktur PT Centrama) menjadikan Café Afternoon (CA) yang dilaksanakan di gedung Pasca sarjana (16/10) banyak diminati. Tak heran jika kemudian peserta yang hadir sangat beragam, tak hanya dari kalangan mahasiswa ITS saja.

"Jika ingin menjadi seorang entrepreneur, mulailah sejak dini dan dari hal-hal yang kecil," demikian Puspo Wardoyo membuka pembicaraannya. "Entrepreneur bukanlah suatu pelarian, karena tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan maka menjadi entrepreneur. Akan tetapi perlu suatu proses yang cukup panjang. Awalnya dari keseharian dan kesenangan yang dilaksanakan setiap hari. Jadi, jika memang mempunyai arah menjadi seorang entrepreneur kelak, pupuk dan latihlah jiwa wirausaha anda mulai dari sekarang," lanjutnya. Kemudian beliau bercerita panjang lebar tentang pengalaman beliau dan jatuh bangun usahanya.

Berbeda dengan Puspo, Purdi E. Chandra lebih banyak membagikan tips suksesnya. "Jika ingin sukses menjadi entrepreneur, ada 3 kunci sukses yang harus dipenuhi. Pertama adalah tidak logis. Yang kedua konyol, dan yang terakhir adalah malas. Tidak logis karena ide bisnis muncul dari pikiran orang-orang yang tidak logis. Umumnya mereka agak terhambat di bangku sekolah -yang lebih banyak membuat kita berfikir logis- dan dianggap bodoh di sekolah. Namun justru dari orang-ornag seperti itulah muncul gagasan yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Sebanyak 93 % orang di dunia berfikir logis, dan selebihnya berfikir tidak logis, namun dari sisa 7 % itulah kemudian muncul nama-nama entrepreneur besar, seperti Bill Gates dan juga Purdi E. Chandra."

Menurut Purdi, sekolah bagi entrepreneur hanya cukup sampai tingkat SMP, "Sekolah tidak perlu terlalu tinggi, karena itu hanya membuat kita berfikir logis. Tingkat SMP saja bagi saya sudah cukup jika ingin menjadi seorang entrepreneur. Selanjutnya, tips kedua adalah konyol. Pikirlah suatu ide yang benar-benar besar dan resikonya tidak terukur, kemudian wujudkanlah," katanya bersemangat.

"Tembuslah tembok-tembok ketidakmungkinan jika ingin sukses. Dan yang terakhir adalah malas. Semakin ia mengalami sukses, maka akan semakin sedikit pekerjaan yang ia laksanakan karena system yang telah ia buat, dijalankan dengan baik oleh karyawannya."

Selanjutnya, beliau membahas tentang beberapa hal yang menghambat terealisasinya ide bisnis. "Jika ingin bisa melampaui resiko yang seringkali muncul, ada beberapa tips lagi yang harus dimiliki," demikian Purdi menawarkan solusi. "Jika ingin memulai usaha, namun ternyata tidak punya uang, ingatlah BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain). Maksudnya jika tidak memiliki uang, anda harus mempunyai keberanian dan sikap optimis untuk menggunakan duit orang lain dalam mewujudkan ide anda."

"Kemudian, kalau masalahnya bukan pada uang, namun tidak mempunyai keahlian pada bidang yang menjadi idenya. Solusinya adalah BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang Lain). Pergunakan tenaga orang lain untuk menjalankannya. Anda mendirikan usaha tidak harus trampil terlebih dahulu"

"Dan yang terakhir, jika masalahnya adalah tidak memiliki ide mendirikan usaha, maka solusinya adalah BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Jalankan bisnis orang lain. Maksudnya dirikan usaha yang idenya sebelumnya memang sudah ada. Atau bisa juga anda waralaba dengan beberapa usaha yang telah sukses."

Di akhir session, Purdi E. Chandra menawarkan kepada peserta untuk membentuk kolompok, yang nantinya akan beliau bimbing setiap bulannya untuk menjadi entrepreneur. (isy/har)

Berita Terkait