ITS News

Sabtu, 04 Mei 2024
15 Maret 2005, 12:03

Ahmad Zakky, Penggagas JKD ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jilbab and Koko Days (JKD), digagas Ahmad Zakky sebagai bentuk tindak lanjut kesepakatan di Pusat Komunikasi Nasional Juli 2004 lalu. Target utamanya melawan pornografi dan pornoaksi. Untuk jangka pendek JKD bertujuan mengkondisikan ITS selama bulan Ramadhan. "Sedangkan jangka panjangnya supaya yang muslimah tetap mengenakan jilbab," tambahnya. Namun semuanya berpulang pada pribadi masing-masing. "Karena untuk mengubah sesuatu, harus memulai dari dirinya sendiri," terang Zakky.

Sebagai bentuk dakwah, memang perlu adanya kelanjutan dan kontinuitas dari kegiatan ini. "Bukan hanya saat Ramadhan saja," ujarnya. Karena itu, direncanakan akan ada pembagian baju koko dan jilbab gratis. "Tinggal nunggu dananya dulu," kata mahasiswa berkulit bersih ini.

Zakky memang berperan penting dalam menyukseskan JKD ITS. Hal itu tak lepas dari statusnya sebagai ketua Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) yang bertanggung jawab untuk memapankan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di daerah Surabaya, termasuk ITS. Diakuinya, tidak mudah memangku jabatan ini. "Dituntut untuk bermobilitas tinggi dan tetap menjaga citra JMMI di luar," lanjutnya.

Motivasinya untuk duduk di jabatan ini adalah mengkondisikan dirinya dalam hal ruhiyah dan memperbaiki kemampuan untuk berkomunikasi, "Saya merasa kurang dalam hal berkomunikasi, menjadi ketua Tim Puskomda bisa membantu saya" tambah mahasiswa Perkapalan ini.

Sedangkan untuk perkuliahan, Zakky mengaku sempat kesulitan membagi waktu, "Sempat keteteran juga" terangnya. Meski begitu mahasiswa angkatan 2002 ini memiliki target dan rencana setelah kelulusan. "Minimal lulus dengan IP 3,1 lah" ujarnya. Dia berharap setelah lulus bisa langsung memberi kontribusi baik sebagai pegawai atau wiraswasta. "Jadi tidak menganggur," tambahnya kemudian.

Untuk memenuhi targetnya, mahasiswa asal Padang ini memiliki moto ‘Menjadi yang terbaik di bidang apapun’. Menurut pengamatannya selama ini, mahasiswa ITS belum seimbang dalam hal akademis dan aktivis. Mahasiswa ITS yang akademis belum tentu aktivis. "Coba contoh UI, baik di akademis tetapi juga seorang aktivis," ungkap Zakky. Karena itu, menurut mahasiswa yang sering memakai baju koko ini, menjadi aktivis adalah nilai tambah di luar akademis. (m6/rin/tov)

Berita Terkait