Kunjungan kami ke Beijing Institute of Technology (BIT) beberapa waktu lalu memberikan perspektif berharga tentang bagaimana sebuah ekosistem pendidikan dan riset kelas dunia dibangun dan dipelihara.
Dari data QS World University Rankings (QS WUR), peringkat BIT berada di posisi 302 dunia, sementara ITS (585), ITB (256), dan UI (206). Namun, ada satu metrik yang menunjukkan perbedaan paling mencolok dan fundamental, yaitu skor sitasi per fakultas.
BIT mencatatkan skor luar biasa, yakni 82, dibandingkan dengan ITS (1,6), ITB (2,6), dan UI (2,1). Angka ini tidak sekadar statistik, melainkan cerminan dari kekuatan sebuah ekosistem riset, di mana publikasi tidak hanya diproduksi, tetapi juga menjadi rujukan global.
Ada beberapa hal mendasar yang langsung terlihat dari bagaimana BIT membangun ekosistemnya:
Fokus pada Pendidikan PascasarjanaKomposisi mahasiswa pascasarjana di BIT mencapai 53%, lebih tinggi dibanding mahasiswa sarjana (47%). Ini mencerminkan orientasi BIT sebagai kawah candradimuka bagi para periset dan inovator.
Standar Kinerja yang Jelas dan TinggiSeorang profesor di BIT memiliki target menjadi corresponding author untuk minimal 8 artikel Q1 setiap tiga tahun. Ini bukan hanya mendorong produktivitas, tapi juga membentuk budaya riset yang kompetitif dan berdampak tinggi.
Kami mengunjungi National Engineering Laboratory for Electric Vehicles (NEL-EV) — pusat kendali big data seluruh kendaraan listrik di China.
Setiap kendaraan listrik di China, yang jumlahnya mencapai ratusan juta unit, dilengkapi IoT yang secara real-time mengirimkan data posisi, kecepatan, hingga kondisi baterai ke pusat ini. Data ini digunakan untuk pemantauan nasional, mitigasi kecelakaan, hingga pengembangan kebijakan industri kendaraan listrik.
Yang luar biasa, pusat data raksasa ini dibangun hanya dalam waktu enam bulan. Ini menunjukkan betapa kuatnya kemampuan perencanaan, koordinasi, dan eksekusi lintas sektor di China, didukung penuh oleh kebijakan pemerintah.
Di School of Automation, kami diperlihatkan riset terbaru tentang data-driven control dalam robotika. Sebuah lengan robot mampu belajar memasak hanya dengan menonton video di YouTube, tanpa perlu pemrograman manual atau model matematis rumit.
Teknologi ini dikembangkan hanya dalam tiga tahun terakhir, berawal dari membaca artikel penelitian dari Google. Tim riset langsung menangkap peluang, bergerak cepat, dan kini telah menjadi salah satu yang terdepan di China, bahkan menjalin kolaborasi strategis dengan Huawei.
Dari kunjungan ini, ada tiga hal fundamental yang bisa kita jadikan cerminan untuk pengembangan ekosistem riset di kampus kita:
Membangun Ekosistem yang KuatKomitmen terhadap pendidikan pascasarjana, standar kinerja riset yang tinggi, dan budaya kolaborasi menjadi fondasi penting.
Kecepatan dalam Eksekusi dan KoordinasiKemampuan menerjemahkan visi besar menjadi eksekusi yang cepat, terstruktur, dan terintegrasi lintas sektor.
Fokus dan Kejelian Memilih Topik RisetKeberanian memilih topik yang relevan dengan masa depan, lalu mengerahkan sumber daya untuk menjadi yang terdepan di bidang tersebut.
Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa keunggulan riset tidak hanya ditentukan oleh dana atau fasilitas, tetapi oleh bagaimana kita membangun ekosistem yang sehat, menetapkan standar yang tinggi, dan bergerak cepat dalam menghadapi perubahan.
Pertanyaannya bukan lagi apakah kita bisa, tetapi kapan kita memulainya dengan keseriusan yang sama.
Karena untuk berlari kencang, kita butuh visi yang jelas, budaya riset yang kuat, dan keberanian untuk mengeksekusi.
✨ Menuju Riset Kelas Dunia, Dimulai dari Sini.
Surabaya, 2 Desember 2025 — Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Surabaya, 29 November 2025 —  Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melaksanakan Finalisasi Penyusunan Dokumen Laporan Evaluasi Diri
Surabaya, FT-EIC ITS – Fakultas Teknologi dan Informatika Cerdas ITS kembali mengukir prestasi membanggakan di ajang bergengsi nasional. Tim