News

Kuliah Soft Skills bertema Why am I Here? Tanggung Jawab dan Amanah di Departemen Teknik Kimia ITS

Rab, 18 Nov 2020
4:22 pm
Informasi
Share :
Oleh : Admin-TeknikKimia   |

Sebagai rangkaian kuliah soft skills Departemen Teknik Kimia ITS, pada Sabtu, 14 November 2020 telah dilaksanakan kuliah soft skills yang kedua dengan tema Why am I Here? Seri Tanggung Jawab dan Amanah. Kuliah ini khususnya ditujukan bagi mahasiswa baru Teknik Kimia 2020, dan mahasiswa Teknik Kimia ITS pada umumnya.

Tema yang diangkat sangat terkait dengan mahasiswa Teknik Kimia, khususnya angkatan 2020 yang belum genap 6 bulan merasakan kuliah di ITS. Departemen Teknik Kimia ITS membekali masa peralihan mereka dari sekolah menengah atas menuju kehidupan kampus ini dengan kuliah-kuliah non akademik, dimana pemateri diantaranya berasal dari alumninya yang telah berkontribusi besar pada kemajuan perusahaan tempat bekerja masing-masing. Dengan ini, diharapkan mereka memiliki gambaran akan karir alumni Teknik Kimia ITS dan bagaimana menjadi seorang mahasiswa di kampus yang kontributif dan prestatif.

Kuliah ini dilaksanakan pada pukul 14:30 WIB hingga 17:00 WIB secara daring. Tidak kurang dari 180 peserta mengikuti acara ini, dimana beberapa dosen dan alumni turut hadir. Acara dibawakan oleh Bpk. Widyo Rulyantoko, ST yang juga sebagai tim silabus soft skills dan Advisory Boards Departemen Teknik Kimia ITS. Cak Wid, begitu sapaan beliau, memulai dengan menjelaskan pentingnya kesadaran diri mahasiswa Teknik Kimia Angkatan 2020 bahwa mereka telah memasuki dunia kampus, yang mana tempat membentuk pribadi untuk menghadapi tantangan di masa mendatang. Cak Wid menjelaskan bahwa tanggung jawab dan amanah dari seorang alumnus Teknik Kimia ITS, perlu dilatih dan diperkuat pada masa mahasiswa. Mereka adalah orang-orang yang beruntung karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk berkuliah di Teknik Kimia ITS, sehingga salah satu bentuk syukur mereka adalah perlunya menjadi seorang mahasiswa yang baik, imbuh beliau.

Pemateri pertama adalah Bpk. Joko Pranoto ST, General Manager PT Pertamina RU IV Cilacap. Alumnus K-32 yang biasa disapa Cak Joko ini mengawali dengan perkenalan diri, dimana valuable point yang Cak Joko tekankan adalah bahwa seorang yang dari keluarga kecil dengan latar belakang pendidikan orang tua yang hanya setingkat SMP pun, mampu menjadi seseorang General Manager (GM) pada perusahaan besar BUMN yaitu Pertamina. Sebelum menjadi GM RU IV Cilacap, Cak Joko juga sudah pernah memegang peranan penting lainnya di Pertamina, diantaranya site manager commissioning and start up RFCC Cilacap, GM RU VII Kasim/Sorong Papua, dan GM RU III Plaju Palembang. Dibalik kesuksesan karirnya, Cak Joko menceritakan ke mahasiswa bahwa perjalanannya tidak serta merta mulus. Cak Joko memulai karir di Pertamina pada 1999, kemudian pada 2013 beliau mengalami penurunan jabatan, yang mana ini menjadikan beliau semakin menempa diri hingga kemudian dipercayai untuk menjabat pada level yang lebih tinggi, hingga GM sekarang ini. Lulusan teknik kimia dipersiapkan untuk masuk sebagai engineer pada berbagai perusahaan di Indonesia dan memegang peranan vital. Misalnya pada oil and gas company yang mempunyai high capital investemt, high risk dan high technology ini seorang lulusan teknik kimia pada masa tahun pertama sebagai engineer sudah dituntut untuk berkoordinasi dengan kurang lebih 40 orang pada lingkungan kerja, dituntut mampu menjadi bagian tim untuk bertanggung jawab terhadap 1 unit operasi dengan nilai aset berkisar 200 juta USD (± 2.5 triliun rupiah) dan atas 30.000 drum produk dalam 1 hari. Belum lagi saat bekerja 5 tahun di Pertamina, alumni teknik kimia bisa diamanahi sebagai group leader, yang memiliki tanggung jawab terhadap 1 area operasi, misalnya RFCC dengan nilai aset sekitar 850 juta USD, berkoordinasi dengan ± 200 orang dan memiliki ± 6 orang bawahan langsung. Tanggung jawab yang sangat besar ini perlu dilakukan dengan penuh amanah. Cak Joko memberikan gambaran bahwa sikap bertanggung jawab dan amanah ini dapat dilatih di masa mahasiswa. Mahasiwa dapat memulai dari hal yang sederhana dan kecil, misalnya menjaga kebersihan di kosan, mengerjakan tugas kampus dengan baik, aktif berorganisasi, mencuci kendaraan secara rutin, tidak merusak peralatan di laboratorium, dan mematikan listrik dan keran air jika tidak sedang diperlukan. Hal-hal yang kecil ini diharapkan akan menjadi kebiasaan yang juga akan mempertajam sikap tanggung jawab, amanah, kreativitas, persuasi secara positif, kolaborasi, adaptif dan kecerdasan emosional.

Cak Joko memberikan contoh dari sikap integritas, influencing, persuasi, kolaborasi dan adaptif pada dunia kerja dengan menceritakan pengalaman pada saat kerja 2 tahunan, terkait dengan pengadaan katalis. Beliau berinisiatif untuk mengajukan penggunaan katalis baru, meskipun harganya sedikit lebih mahal namun dapat menghasilkan produksi yang lebih baik. Menurut beliau katalis ini lebih baik, diibandingkan dengan harganya murah namun menjadikan performa prosesnya kurang optimal. Dalam mengimplementasikan inisiatifnya itu, Cak Joko harus meyakinkan orang lain pada bagian lain seperti bagian keuangan, legal dan sebagainya, sehingga orang lain tersebut bisa memahami dan akhirnya mendapatkan inisiatifnya mendapatkan dukungan yang baik dari tim.

Cak Joko pernah menjalankan proyek refrigerant (cairan pendingin) baru yang menurut banyak orang bukanlah proyek yang terlalu penting, namun dengan menjalankan proyek tersebut, Cak Joko mendapatkan banyak kolega baru dari stake holder lainnya. Dan hal itu menjadi nilai tambah dirinya dibandingkan dengan kolega kerjanya yang lain. Ia berpesan bahwa amanah itu sebaiknya dilakukan dengan sebak-baiknya, karena amanah bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa, meskipun orang menilai pekerjaan yang kita lakukan diangap kurang penting.

Pentingnya tanggung jawab dan amanah juga ditekankan oleh pemateri kedua, Bpk. Awang Lazuardi, ST., MM, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Cak Awang yang lulusan K-33 ini menceritakan perjalanan karirnya kepada mahasiswa, salah satunya terkait ranah kerja lulusan teknik kimia yang tidak selalu pada bidang processing. Cak Awang, menjelaskan pada saat menjadi engineer di Pertamina EP, beliau berperan sebagai petroleum engineer, drilling and work over engineer. Bidang ini bukan murni ranah teknik kimia, namun karena mendapatkan amanah tersebut, maka Cak Awang berusaha mempelajari dan akhirnya bisa menjalankan pekerjaan dan amanah dengan baik. Semasa 3 tahun bekerja di Pertamina EP, Cak Awang sudah menjadi bagian dari tanggung jawab atas biaya senilai 5 juta USD untuk setiap sumur bahkan hingga 20 juta USD (290 Miliar rupiah) per sumurnya. Sedangkan terdapat banyak sumur yang ditanganinya. Beliau sebagai direktur PEPC saat ini, membawahi aset senilai sekitar 45 trilliun (banyu urip field) ditambah sekitar 20 trilliun asset pertamina EP yang lainnya dan membawahi hingga 5000 orang karyawan.  Menurut beliau, kemampuan spiritual menjadi hal terpenting yang kemudian akan bisa menjadi dasar dalam pembentukan integritas, interpersonal skills, dan soft skills yang lainnya. Contoh hasil dalam implementasi hard skills dan soft skills yang baik adalah pencapaian kerja di lapangan minyak dengan produksi minyak sebanyak 230.000 drum dalam 1 hari, bekerja bersama expatriat dengan berbagai budaya pada saat kerja sama dengan perusahaan besar asal amerika, Exxonmobil Cepu.

Menjalankan amanah yang besar tersebut sebagai suatu yang membanggakan sekaligus sebagai tantangan yang perlu dijalankan dengan amanah. Semasa mahasiswa, Cak Awang aktif menjadi pengurus himpunan mahasiswa dan aktif pada program kemahasiswaan lainnya. Cak Awang semakin menyadari besarnya tanggung jawab lulusan teknik Kimia ketika menjadi acting (pengganti sementara) pada jabatan yang ditinggalkan atasannya pada saat bekerja di Nestle. Di Pertamina, Cak Awang membuat dokumen yang terkait pengeboran sumur di PEPC dengan biaya 1 sumur senilai 5 juta USD dengan pelaksanana pengeboran hanya dalam 1 bulan. Selain itu, pada saat menjadi subsurface engineer (petroleum), Cak Awang harus belajar hal baru seperti gas lift, dan memberanikan diri melakukan pengeboran dan berakhir dengan kesuksesan. Namum demikian, Cak Awang pernah sekali melakukan pengeboran sumur dengan hasil cairannya adalah air, bukan minyak. Hal itu membuat beliau lebih mawas diri, karena kegagalan tersebut berarti juga berdampak pada pengurangan efisiensi kerja dan kerugian finansial.

Para pemateri dan Departemen Teknik Kimia ITS berharap kuliah sesi tanggung jawab dan amanah ini bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Kimia ITS, sehingga setelah lulus mereka sudah mempunyai bekal yang cukup untuk memegang peranan penting dalam perusahaan dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab dan amanah. (ANS)

Latest News

  • Seminar Promosi Doktor (Terbuka) Gasal 2023 – 2024

    Departemen Teknik Kimia – Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (DTK – FTIRS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melaksanakan

    29 Feb 2024
  • Ujian Tertutup dan Yudisium Mahasiswa Program Doktor S3 : Rabu 21 Februari 2024

    Sebagai bagian dari Agenda Akademik – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menuju Wisuda ITS ke – 129, Program Studi

    23 Feb 2024
  • Ujian Tertutup dan Yudisium Mahasiswa Program Doktor S3: Hari Selasa 06 Februari 2024

    Sebagai bagian dari Agenda Akademik – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menuju Wisuda ITS ke – 129, Program Studi

    15 Feb 2024