DIKST

Directorate of Innovation and Science Techno Park
09 September 2023, 09:09

ITS Usut Tuntas Kesiapan Indonesia dalam Kebijakan LCEV

Oleh : itsotomotif | | Source : -

Pemaparan kondisi kesiapan pengadaan LCEV yang disampaikan oleh perwakilan dari GAIKINDO

Surabaya, ITS News – Kabut polusi di Ibukota Jakarta yang kian meningkat terus membuat berbagai pihak berlomba-lomba untuk menanggulanginya. Salah satunya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) hadir dengan menggelar focus group discussion (FGD) guna mengkaji kesiapan Indonesia dalam menerapkan kebijakan Kendaraan Rendah Emisi Karbon atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV).

Bertempat di Hotel Oakwood Surabaya, 30 Agustus lalu ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah, industri, masyarakat, hingga akademisi. Mengawali diskusi, Manajer Unit Klaster Inovasi Otomotif Kawasan Sains Techno Park (KST) ITS, Dr Bambang Sudarmanta ST MT mengungkapkan, kebijakan LCEV merupakan regulasi yang bertujuan untuk menekan penyebaran emisi CO2 yang ada di Indonesia.

Dosen Departemen Teknik Mesin ini menerangkan bahwa kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang gas karbon dioksida terbesar setelah sektor pembangkit listrik. Dengan itu, diperlukan strategi dan kebijakan pemerintah yang kuat dalam mendorong penerapan kendaraan beremisi rendah. “Saat ini Jakarta telah dikelilingi oleh polusi udara karena masifnya transportasi dengan emisi tinggi,” terangnya.

Terdapat tiga cara untuk menekan emisi di Indonesia, antara lain penyediaan produk dari industri, kualitas bahan bakar yang efisien, serta tarif pajak yang didukung oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Bambang menuturkan bahwa pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas untuk mendorong masyarakat terkait keringanan pajak kendaraan serta pembebasan aturan ganjil-genap.

Penyampaian kebijakan pemerintah dalam meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam membeli kendaraan beremisi rendah yang disampaikan oleh Kepala Bidang Industri Agro Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Hery Wiriantoro ST MMT

Menimpali ITS, Guru Besar Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Prof Dra Dyah Wulan Sari MEcDev PhD turut membeberkan, pada kenyataanya, masyarakat masih kurang sadar akan pentingnya peralihan kendaraan beremisi tinggi ke LCEV. Di garis pandangannya, masyarakat menilai LCEV masih tergolong mahal dan ketersediaan charging station yang masih terbatas.

Kenyataannya, tambah Dyah, industri otomotif Indonesia sudah lama memfokuskan program LCEV dengan menciptakan berbagai macam produk. Mulai dari Battery Electric Vehicle (BEV), Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). “Namun, masih sedikit masyarakat indonesia yang membeli kendaraan tersebut,” ujarnya.

Maka dari itu, perlu dilakukannya sosialisasi yang merata kepada masyarakat Indonesia akan pentingnya peralihan kendaraan beremisi tinggi ke LCEV. Dyah menuturkan, pemerintah Indonesia perlu melakukan pengkajian ulang pada kebijakan mereka dengan bantuan dari pandangan para akademisi, masyarakat, dan industri. “Tentunya komunikasi dan regulator yang baik memerlukan analis dan eksekutor yang bersinergi kuat,” tegas Dyah.

Suasana FGD Kebijakan LCEV yang dihadiri oleh perwakilan dari setiap pemerintah, akademisi, masyarakat, dan industri di Indonesia

Merangkum keseluruhan diskusi, ITS dengan sigap menyatakan aksinya akan penyelenggaraan seminar lanjutan hasil diskusi FGD serta evaluasi dari setiap masukan yang ada di bulan Oktober. Para panelis juga berharap dengan adanya keputusan kebijakan tersebut di bulan Oktober, masyarakat Indonesia dapat beralih ke LCEV dengan cepat. Dengan akhir, FGD ini menjadi bukti nyata akan kepeduliannya ITS dan mitra pada permasalahan negara.

Berita Terkait