ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
28 September 2010, 22:09

ITS Tambah Lima Guru Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kelima guru besar ITS akan dikukuhkan. Secara berurutan, mereka adalah Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc dari jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK dan Prof Dr Ir Joko Lianto Buliali MSc dari jurusan Teknik Informatika FTIf, yang akan dikukuhkan pada Senin (4/10). Tak ketinggalan, Prof Daniel Mohammad Rosyid dari jurusan Teknik Kelautan FTK, Prof Dr techn Drs Mohammad Isa Irawan MT dari jurusan Matematika FMIPA serta Prof Ir Mukhtasor MEng PhD dari jurusan Teknik Kelautan FTK, yang akan dikukuhkan pasa Selasa (12/10).

Pada orasi pengukuhan guru besar di Graha Sepuluh Nopember mendatang, Isa akan menyampaikan orasi yang berjudul Biologically Inspired Computer. “Komputasi terminasi yang terimpirasi fenomena biologi seperti sistem pada semut,” ungkap guru besar bidang jaringan syaraf tiruan ini.

Sedangkan Joko akan menyampaikan mengenai simulasi komputer untuk mengambil keputusan, dan fokus pada prediksi tingginya genangan air banjir. “Terutama wilayah yang dekat dengan air laut,” imbuhnya.

Kemudian tiga guru besar dari FTK, Ketut Buda Artana akan menyampaikan mengenai rekayasa sistem wahana laut sebagai salah satu pilar rekayasa teknologi kelautan serta ilmu memprediksi kegagalan kapal. “Apabila kita mempunyai data history kapal, maka kita bisa memprediksi kapan waktunya komponen kapal rusak, jadi kita bisa menentukan suku cadang apa yang harus dimiliki kapal supaya pelayarannya tetap jalan,” ungkap guru besar kelahiran Singaraja, 15 September 1971 ini.

Beda dengan Artana, Daniel mengungkapkan, pembangunan Indonesia saat ini dipijakkan pada warisan penjajah, yaitu paradigma benua atau pulau besar. “Kita dibuat terlena dengan daratan, sehingga kita lupa bahwa kita mempunyai lautan,” tegasnya. Daniel melanjutkan, sehingga lautan kita sampai sekarang dikuasai penjajah.

Guru besar Riset Operasi dan Optimasi ini menuturkan, paradigma pulau besar bertentangan dengan takdir alamiah bahwa Indonesia memiliki laut yang luasnya dua kali lipat dari daratannya. “Akibatnya tercipta pemerintahan yang sentralistik, rapuh dan kaku,” terangnya.

Sementara itu, Mukhtasor lebih membahas mengenai bahaya pencemaran lingkungan. Guru besar yang juga Dewan Energi Nasional ini mengatakan, masyarakat akan sadar pentingnya lingkungan jika mereka tahu betapa berharganya lingkungan. “Selama ini masyarakat tidak tahu bahwa puluhan triliyun rupiah, bahkan ada yang jumlahnya lebih besar lagi, telah terbuang sia-sia akibat pencemaran lingkungan,” tutur guru besar kelahiran Blitar ini. (rik/nrf)

Berita Terkait