Tim dari ITS melakukan monitoring dan evaluasi (monev) rutin pada apartemen kepiting milik kampung nelayan
Kampus ITS, ITS News — Kepiting soka yang ikut terjaring saat melaut kerap dilepas kembali oleh nelayan tanpa mengetahui tingginya potensi ekonomi biota ini. Guna mengatasi isu tersebut, Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Group menginovasikan apartemen kepiting soka.
Tenaga Ahli Departemen Biologi ITS Nova Maulidina Ashuri SSi MSi menyampaikan, program ini sejalan dengan upaya ITS dalam pengentasan kemiskinan serta pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, kegiatan ini mendukung Sustainable Development Goal (SDG)1 menghapus kemiskinan dan SDG8 pertumbuhan ekonomi. “Juga SDG10 berkurangnya kesenjangan dan SDG17 kemitraan dalam mencapai tujuan,” ujar perempuan yang akrab disapa Dina tersebut.
Tenaga Ahli Departemen Biologi ITS Nova Maulidina Ashuri SSi MSi (berdiri) saat memberikan materi terkait teknik budidaya kepiting soka
Lebih lanjut, Dina menjelaskan, apartemen kepiting soka merupakan sistem akuakultur vertikal dalam ruangan. Skema ini diterapkan sebagai upaya peningkatan hasil budidaya kepiting soka dengan pendekatan ruang yang lebih efisien. Dalam aplikasinya, sistem ini memanfaatkan kandang plastik berukuran 25 cm x 25 cm x 30 cm yang disusun bertingkat pada rak. “Struktur bertingkat ini mengoptimalkan ruang tanpa mengorbankan kualitas budidayakepiting soka,” jelasnya.
Selain efisiensi ruang, sistem ini juga mengandalkan teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi (RAS) untuk menjaga keseimbangan ekosistem budidaya. Teknologi ini memungkinkan penggunaan air secara lebih hemat dengan sistem daur ulang dan penyaringan yang menjaga kualitas air tetap stabil. Dengan kondisi lingkungan yang lebih terkontrol, siklus pergantian cangkang kepiting soka dan siklus panennya dapat berjalan lebih cepat sehingga daya saing produk di pasar akan meningkat.
Tim dari ITS bersama Solichan (tengah) usai melaksanakan agenda monitoring dan evaluasi (monev) rutin pada apartemen kepiting nelayan mitra
Lebih dalam, Dina membagikan, dalam kerja sama ini, ITS berperan memberikan pelatihan, pendampingan teknis, serta pemantauan progres budidaya kepada kelompok nelayan. Selain itu, nelayan juga diberikan kesempatan untuk berkonsultasi mengenai kendala teknis yang dihadapi di lapangan. “ITS juga membantu perencanaan anggaran biaya untuk pengembangan usaha budidaya secara mandiri oleh nelayan agar upaya ini dapat berkelanjutan,” tambah alumnus ITS tersebut.
Sebagai implementasi inovasi ini, salah satu daerah yang dijadikan percontohan berada di wilayah sekitar Terminal Teluk Lamong, Tambak Osowilangun, Surabaya. Nelayan pembudidaya kepiting soka di daerah tersebut Solichan mengaku, inovasi hasil kerja sama ITS dan Pelindo Group ini memberikan dampak signifikan dalam usahanya. Kendala tingkat kanibalisme yang tinggi antar kepiting dan risiko banjir rob yang sering mengganggu produktivitas panen kepiting dapat teratasi.
Ke depan, Solichan berharap inovasi ini akan terus berlanjut untuk memberikan manfaat yang lebih luas kepada nelayan dan masyarakat. Dirinya meyakini, melalui inovasi ini, nelayan dapat memiliki sumber pendapatan tambahan melalui budidaya kepiting soka yang lebih terstruktur. “Dengan demikian, kesejahteraan ekonomi nelayan pastinya akan lebih baik karena tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan ikan,” tutup Solichan optimis. (*)
Reporter: Naurah Fitri
Redaktur: Shafa Annisa Ramadhani
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh


