ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
11 Agustus 2010, 19:08

Reviewer DIKTI Berbagi Tips Menuju PIMNAS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam PIMNAS tahun kemarin, ITS berhasil meloloskan 18 tim yang melaju Bali. Hasil tersebut cukup sedikit jika dibandingkan dengan jumlah proposal yang dikirim ke DIKTI yang mencapai hampir seribu. Menurut Prof Dr Ir Ronny Rachman Noor M Rur Sc, salah satu reviewer DIKTI, mayoritas kesalahan yang dilakukan oleh peserta adalah kelengkapan administrasi. "Kesalahan yang paling dominan adalah masalah kelengkapan admistrasi, misalkan formatnya yang keliru atau biodata dosen pembimbing yang hanya ditempel tanpa tanda tangan," ujar dosen IPB ini. 

Dari evaluasi tahun 2010, terdapat 22.000 lebih proposal yang masuk ke DIKTI. Dari angka tersebut, hanya 4.000 lolos seleksi dan lolos untuk didanai. Angka tersebut sangat ekstrem, terlebih jika melihat hasil statistik dari masing-masing Perguruan Tinggi. ITS sendiri hanya meloloskan sekitar 20% dari seribu proposal yang dikirim. "Ada juga Perguruan Tinggi yang mengirim 300 proposal namun ditolak semua karena kurang tanda tangan semua," imbuh Ronny. 

Selain itu, Ronny juga membagi tips dan strategi untuk bisa melaju ke PIMNAS dalam Workshop yang digelar minggu kemarin (9/8). Misalkan pada PKMT (Teknologi), tidak boleh ada unsur penelitian di dalamnya, yang terpenting pelaksanaan program. Pada PKMP (Penelitian), dianjurkan bidang yang diteliti sesuai dengan bidang keahliannya. "Untuk PKMM yang lebih ditonjolkan adalah bentuk kreatifitas dalam penerapan di masyarakat," ujarnya.

Ada pula Ir Teddy Yulisca Ramadin S Sn MT yang berbagi tentang pembuatan poster dalam gelar produk. Dosen ITB yang akrab disapa Teddy ini mengawali dengan beberapa karakter poster sesuai dengan tujuannya. Disebutkan bahwa poster bisa berfungsi sebagai sarana propaganda, promosi prosuk, inspirasi dalam psikologi manusia dan lain-lain. "Kekuatan poster itu sangat besar, ada yang mengatakan bahwa bentuk visual itu bisa mewakili seribu kata," kata Teddy.

Lebih lanjut, Teddy memaparkan tentang kriteria poster yang baik. Menurutnya, poster harus berhasil menyampaikan informasi dalam waktu singkat. Untuk mewujudkan hal ini, bisa disiasati dari desain poster yang full colour, huruf besar dan unik, paduan gambar dan pemasangan pesan yang efisien. Termasuk juga untuk poster akademik seperti PKM harus mampu menerangkan hasil riset. "Untuk poster PKM itu minimal bisa dibaca dalam jarak sekitar dua meter," imbuhnya.

Dalam sesi terakhir, Dr Widya Utama DEA mengulas tentang kendala minimnya partisipasi mahasiswa dalam mengikuti PKM. Dari pengalaman dosen Fisika ITS ini, mayoritas mahasiswa mengatakan hambatan ide kreatifitas menjadi kendala utama. Ada pula yang mengatakan karena alasan waktu, tidak visioner, budaya copy paste dan sebagainya. "Ada pula yang mengatakan sibuk dengan kuliahnya," katanya.

Widya juga mengulas tentang model kesalahan penulisan PKM yang sering dilakukan mahasiswa. Dari pengalamannya, kebanyakan mahasiswa selalu mengacu bahwa PKM itu sama dengan laporan praktikum, Tugas Akhir, Laporan Kerja Praktek dan lain-lain. "Yang terpenting itu kreatifitasnya. Mana kreatifitasnya? Inovasinya mana?" (hoe/yud) 

Berita Terkait