Sejak pukul 08.30 pagi, ruang seminar lantai satu Gedung Rektorat ITS tertutup rapat. Tidak ada satu orangpun keluar masuk kedalam ruangan. Memang, panitia pelatihan tidak mengijinkan peserta keluar ruangan sebelum waktu istirahat ataupun pelatihan berakhir. Panitia juga  melarang peserta menghidupkan telepon genggam selama pelatihan. Tidak hanya itu, panitia menutup semua jandela ruang tersebut dengan kertas hitam supaya cahaya tidak bisa masuk.

“Kita (panitia, red) buat semuanya tertutup supaya tidak ada distorsi sehingga peserta bisa fokus,” ungkap Bobby Meidrie Levianto, pembicara pada Pelatihan Motivasi ini. Alasannya tidak lain karena ketika awal masuk ruang pelatihan, pikiran peserta masih bercabang ke segala arah. sehingga, pikiran peserta perlu difokuskan supaya materi yang diterima maksimal.

Bobby mengilustrasikan, seperti sebuah pesawat tempur yang hendak membidik sasaranya. Maka ia perlu memfokuskan dulu sasaranya sebelum melepaskan tembakan. “Saya awak pesawat tempur, peluru dan tenaga pendorongnya adalah motivasi, sedangkan sasarannya adalah peserta,” jelasnya.

Masih menurut Bobby, sebenarnya materi yang diberikan hampir sama dengan Pelatihan Motivasi pada umunya. Namun ia lebih menekankan pada optimisme yang erat kaitannya dengan positive thinking. Tujuan nantinya adalah menciptakan kinerja pegawai yang unggul. “Pelatihan motivasi itu luas, kita harus memfokuskan pada salah satu target,” beber Bobby.

Ia menjelaskan, bagaimana memunculkan sikap positive thingking yang nantinya berdampak pada sikap optimis. Membingkai sesuatu dengan hal berbeda dan menarik, adalah salah satu upaya. Bobby menceritakan, ada dua barang sama yang siap dijual. Namun yang berbeda hanya cara membingkainya saja, misal barang A dibingkai semenarik mungkin dan B dibingkai ala kadarnya. “Pasti semua orang akan memilih yang A, cara kita membingkai itu berpengaruh terhadap positive thinking,” imbuhnya.

Selanjutnya, tainer Neuro-Linguistic Programming (NLP) ini juga menjelaskan bagaiman hubungan optimis dapat meciptakan kinerja unggul. "Jika setiap pegawai optimis, maka semangat mereka tidak akan pernah habis. Mereka tidak akan berhenti sebelum tujuan atau target tercapai,” pungkasnya. (rik/az)