ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
03 Agustus 2010, 00:08

I Nyoman Sutantra dan 4 Filsafat Gamelan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dosen jurusan Teknik Mesin ini mengungkapkan, hampir semua daerah di Indonesia mempunyai gamelan, tidak hanya Bali. Ia melanjutkan, terdapat empat filsafat dari sebuah gamelan yang sangat erat dengan kehidupan manusia. “Sebenarnya terdapat filsafat dalam gamelan yang terkait dengan kehidupan kita dan itu bukan abstrak,” paparnya.

Pria asal Bali ini menceritakan, didalam bunyi gamelan terdapat kritikan terhadap manajemen manusia. Kondisi saat ini pada banyak institusi pemerintah atau non pemerintah, jika terjadi pergantian pemimpin maka semua sistem dan SDM-nya kembali diubah. Padahal, siapapun pemimpinnya seharusnya melanjutkan sistem yang sudah bagus tersebut.

Dan inilah yang membuat  kita tidak akan pernah maju karena kita selalu kembali dari awal. “Gak pernah maju, bisa diibaratkan lari ditempat,” jelasnya. Ia meneruskan, inilah filsafat pertama yaitu terdapat sistem yang berkelanjutan.

Filsafat yang kedua adalah manajemen perbedaan. Pada seperangkat gamelan terdapat bermacam-macam alat yang berbeda dan mempunyai fungsi masing-masing. “Kalau dimainkan sendiri-sendiri tidak enak, jadi harus dikolaborasikan,” cetusnya. Ini menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Untuk mencapai tujuan itu, harus ada manajemen yang baik. Semuanya harus saling mendukung dan mengapresiasi. “Tidak malah saling menjatuhkan dan harus bisa menghargai perbedaan,” papar ketua Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) ITS ini.

Karena terdapat banyak perbedaan, maka setiap individu dituntut mengutamakan kepentingan kelompok dibanding kepentingan individu. Ini diperlukan sebuah manajemen pribadi, yakni manajemen ego. “Inilah filsafat yang ketiga,” ungkapnya.

Kemudian, kalau dilihat pemain gamelan akan selalu goyang-goyang. Ini dilakukan karena permainan gamelan tidak hanya dituntut enak didengar saja, namun juga harus enak dilihat. “Harus ada inovasi untuk mengolah rasa dan rasio,” jelasnya.

Oleh karena itu, dituntut harus ada manajemen orang-orang kreatif yang hebat. “Dan inilah filsafat keempat, manajemen kreativitas,” lanjutnya. Dan keempat manajemen ini harus dipunyai seorang manusia jika ingin mereka mencapai kesusksesan tertinggi. (rik/fn)

Berita Terkait