Yuni Setyaningsih SKPm MSc (Empat dari kanan bawah) dalam Konferensi TAKSNA Tunisia
Kampus ITS, ITS News — Urgensitas isu perubahan iklim memerlukan kolaborasi dari berbagai sektor, salah satunya akademisi. Berkontribusi dalam upaya mengatasi perubahan iklim, sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjadi pembicara kunci dalam Konferensi TAKSNA di Tunisia pada Oktober 2024 lalu.
Konferensi TAKSNA merupakan sebuah pertemuan yang mewadahi para pemangku kepentingan dari berbagai negara untuk menyuarakan isu perubahan iklim. Konferensi yang menjadi kolaborasi pemangku kepentingan dari berbagai negara dengan jaringan Voice for just Climate Action (VCA) ini bertujuan untuk menguatkan suara-suara golongan yang seringkali terpinggirkan dan mencari solusi yang berkeadilan.
Dosen ITS yang menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam Konferensi TAKSNA Yuni Setyaningsih SKPm MSc menyoroti urgensi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir. “Naiknya permukaan air laut, bencana hidrologi, dan kekeringan panjang sangat berdampak terhadap kehidupan dan mata pencaharian masyarakat pesisir,” ujar dosen dengan bidang penelitian Advokasi dan Pembangunan Interdisipliner itu.
Dosen ITS Yuni Setyaningsih SKPm MSc yang menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam Konferensi TAKSNA
Mengatasi masalah tersebut, Penasihat Komunikasi dan Pialang Pengetahuan untuk Konsorsium NGO C4ledger di bawah South South North Afrika Selatan itu menyampaikan pentingnya pelibatan aktif masyarakat dalam melakukan strategi mitigasi dampak perubahan iklim. Hal itu dapat diwujudkan melalui kolaborasi multi-stakeholder dalam menyusun strategi terhadap masalah perubahan iklim, seperti konservasi sumber daya dan diversifikasi tanaman pangan.
Selain pelibatan masyarakat, alumnus Wageningen University and Research Belanda itu juga menekankan peran NGO baik berbasis di Indonesia maupun lintas negara dalam menjembatani penelitian ilmiah dengan komunitas lokal. Adanya program VCA yang didanai oleh Kementrian Luar Negeri Belanda menunjukkan peran penting organisasi sipil dalam memastikan strategi iklim disusun berbasis pengetahuan lokal yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi masyarakat.
Dalam acara yang diselenggarakan Oktober 2024 lalu itu Yuni mengaungkan upaya kolaboratif antara masyarakat, NGO, akademisi, pemerintah, swasta, dan media. Menurutnya, pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa masyarakat memperoleh hak untuk hidup sejahtera. “Keadilan iklim tidak hanya tentang bumi saja, tapi juga kesamaan hak seluruh lapisan masyarakat,” tambahnya.
Poster Taksna International Conference yang diselenggarakan di Grand Tunis Hotel, Tunisia, Oktober 2024 lalu
Melalui orasinya, salah satu Tim Ahli Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) ITS itu mendapat banyak respon positif dari berbagai pihak mulai dari pemerintah setempat hingga Non Governmental Organization (NGO). “Harapannya agar permasalahan dampak perubahan iklim dapat diselesaikan melalui kolaborasi berbagai pihak,” tutup dosen Departemen Studi Pembangunan ITS itu. (*)
Reporter: Hani Aqilah Safitri
Redaktur: Nurul Lathifah
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh

