ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
12 Mei 2010, 20:05

Belajar Peluang Bisnis Buku

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menulis memang salah satu pekerjaan yang cukup diminati. Betapa tidak, hanya dengan menulis, kita bisa membiayai hidup. Sebut saja, Andrea Hirata yang memiliki keuntungan hampir Rp 4,5 milyar dari menulis tetralogi kebanggaannya, seperti Laskar Pelangi. Siapa yang tidak tergiur dengan iming-iming tersebut?

Bahkan, menulis pun sudah menjadi kegiatan intensif di ITS. Ir Syamsul Arif MT selaku Ketua P3AI mengungkap bahwa kegiatan workshop penulisan memang diutamakan untuk dosen. “Menulis itu bisa dikatakan kewajiban seorang dosen. Contohnya, ketika ia menjadi guru besar, ia harus menulis minimal sebuah buku dalam kurun waktu tiga tahun,” terang pria yang sudah menulis empat buku ini.

Terbukti, kegiatan yang bertajuk peulisan ilmiah memang meningkatkan sense menulis tiap dosen. “Tahun ini ada sekitar 30 judul buku dosen ITS yang diterbitkan penerbitan nasional dan tiga buku diterbitkan penerbit internasional. Toh, buku-buku itu nantinya juga untuk mahasiswa,” papar Syamsul sebari tersenyum.

Namun fakta yang ada, setiap dosen yang sudah berkiprah di dunia tulis-menulis masih digadang-gadang rasa khawatir ketika ingin menerbitkan sebuah buku. Untuk itu, salah satu penerbit yang sudah malang melintang di dunia penerbitan nasional turut berbagi hal-hal terkait penerbitan, yaitu penerbit ANDI.

Dalam pemaparannya, Edi S Mulyanto SSi MT selaku manajer operasional penerbit ANDI mengungkap permasalahan di dunia penerbitan. “Minat baca dan tulis seseorang tergantung pada beberapa hal. Salah satunya adalah kualitas bacaan,” ungkap Edi yang sebelumnya juga memiliki aktivitas menjadi penulis.

Untuk ketiga kalinya, Edi berdiri di hadapan dosen dan mahasiswa menjelaskan tentang permasalahan global di dunia penerbitan, yaitu apresiasi hak cipta. ”Sepertinya pembajakan itu masih belum bisa terhenti. Nah, foto copy termasuk pelanggaran lho,” tambah Edi yang sontak mengundang tawa peserta workshop. Bayangkan saja, buku yang dibuat dengan susah payah dalam tiga tahun, bisa dicopy dalam 15 menit.

Terkait industri penerbitan, Edi menjelaskan alur penerbitan. Mulai dari penerimaan naskah si penulis, proses cetak, hingga pendistribusian buku ke setiap cabang di berbagai kota. “Untuk penerimaan naskah, misalnya dari 100 naskah yang masuk, kita seleksi hingga 30 naskah yang siap untuk diterbitkan,” ujar Edi. Ia pun menambahkan penilaian naskah yang siap terbit itu meliputi peluang potensi pasar, keilmuan, reputasi penulis, dan editorial.

Di sisi lain, Edi juga memberi tips dalam mencari penerbit melalui beberapa kriteria. “Penerbit yang baik itu meiliki visi dan misi yang jelas, memiliki percetakan sendiri, memiliki keberanian mencetak jumlah eksemplar, business core pada lini produk tertentu, dan kejujuran dalam pembayaran royalti,” ungkap Edi lagi. Mendengar kata “royalti”, peserta workshop tertarik untuk mengetahui lebih jauh. “Royalti bagi penulis itu sebesar 10 persen,” jelasnya.

Lalu, bagaimana dengan model persaingan pangsa pasar buku? Edi mengungkap ada buku tertentu yang sedang gencar dicari penerbit. “Persaingan pangsa pasar untuk penulis memang cukup alot. Namun, kami mencari buku etika bisnis dan buku keilmuan lainnya yang memiliki bahasan yang mudah diterima, terutama buku fisika,” lanjut Edi. Tak hanya itu, ia pun menyebutkan bahwa penerbit ANDI menolak menerbitkan buku yang memiliki unsur porno. (esy/bah)

Berita Terkait