Ketika mulut-mulut mungil anak TPA itu mulai melantunan ayat-ayat Tuhan, semua insan khidmat mendengarkan.  suara mereka terdengar merdu dan mendinginkan kalbu. Gaya mereka bak Qori’ (pembaca tartil Al-Qur’an, red) profesional semakin menambah takjub panitia, juri, dan semua pendengar. "Subahanallah, masih kecil tapi sudah mampu melantunkan qiraah seindah itu," ungkap Agus Sumarsono, selaku ketua LDJ Al-Hadiid.

Menurut mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2007 ini, Lomba Tartil Al-Quran tersebut adalah suatu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. "Selama ini nuansa Islam di ITS, khususnya jurusan saya sudah cukup stabil. Saatnya kita sharing Islam ke luar," ujar Agus lantang.

Mencetak generasi muslim yang berakhlak mulia untuk Indonesia yang lebih baik adalah tujuannya. Mahasiswa asal Tuban ini menjelaskan, ini adalah langkah awal sebagai wujud bakti masyarakat yang lebih besar di masa depan. "Kami juga sudah merencanakan untuk mengadakan lomba maket masjid impian untuk anak SMA. Selain itu, seminar motivasi untuk mahasiswa dan umum juga sudah terselanggara kemarin (8/5)," katanya.

Dalam prosesnya, beberapa peserta tampak gugup. Bahkan, ada peserta yang membaca tartil terbata-bata karena saking gugupnya. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan Ahmad Abdul Alim Rochmatullah, salah seorang peserta. "Saya merasa tegang. Padahal nomor urut saya masih lama," ungkap siswa TPQ Masitha Wisma Permai itu. Namun, ditengah kegugupan itu, Alim tetap optimis akan jadi juara.

Abdurrahim, salah satu ustadz berpendapat bahwa acara semacam ini hendaknya terus dikembangkan. "Kalau bisa, tidak hanya ruang lingkup lokal, namun Nasional," ujarnya. Walaupun begitu, Rahim mengaku kalau sudah mempersiapkan yang terbaik untuk menampilkan performa anaknya. "Tiap sore, anak saya selalu belajar tartil. Kalau saya tidak bisa ngajar, bisa minta uminya. Jadi, tidak perlu persiapan khusus," jelas pria hitam manis ini. (niv/fn)