ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
18 April 2010, 16:04

BEM FTI Ajak Generasi Muda Berwirausaha

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Terungkap fakta hanya 0,02 persen penduduk Indonesia yang berwirausaha dan banyak yang memulai bisnisnya di usia tua. Hal itulah yang memicu BEM FTI untuk mengadakan Young Entrepreneur Seminar (YES). "Acara ini dapat mendukung mata kuliah technopreneur dan kini saatnya mahasiswa untuk mulai menciptakan lapangan kerja," ungkap Pembantu Dekan III FTI Ir Wiratno Argo Asmoro, MSc saat membuka acara.

Pembicara pertama yaitu Wuryanano membawakan tema Berbisnis Muda Sukses Bahagia. Pendiri perusahaan PT Swastika Prima ini juga berbagi rahasia sukses dirinya. "Saya selalu merekrut orang sebanyak-banyaknya. Mengapa? Karena semakin banyak pegawai saya, semakin banyak yang mendoakan kesuksesan saya," ujarnya. Alumni Jurusan Kedokteran Hewan tersebut juga berpesan kepada para peserta agar keluar dari zona kenyamanan apabila ingin berwirausaha,

"Saat mengawali berbisnis, jangan sampai terlena oleh omongan bila entrepreneur itu seenaknya sendiri, bisa bersantai-santai," ungkap Nano, sapaan akrabnya. Selera humor ternyata juga dibutuhkan oleh seorang entrepreneur agar bisa tertawa apabila terjadi kerugian. Sebab, rugi hanyalah sebuah angka menurut Nano yang juga pelatih silat tersebut.

Sesi kedua lebih santai karena dibawakan dalam bentuk talk show yang diisi oleh I Putu Dharma dan Sam Urai. " Jangan berpikir dan pergunakan kekuatan orang lain," ujar Sam Urai saat ditanya tips untuk memulai bisnis.

Pendiri bento pecel ini mengenalkan KTP yaitu Konsep Tiru Plek. "Saya memulai bisnis dengan KTP. Saya hanya melihat bagaimana pecel Bu Kus yang terkenal di Surabaya dan bagaimana pengemasan makanan Hoka Hoka Bento. Lalu saya gabungkan dan tiru semuanya menjadi pecel bento," ujar Sam Urai berbagi pengalaman.

Sedangkan Putu memilih memberi tips untuk mensugesti diri dengan hal positif dan jangan pernah menilai rendah diri sendiri.

"Bila semangat bonek (bondo nekat-modal nekat, Red) ditimbulkan di wirausaha, tentunya mereka akan sukses karena nekat dan berani mengambil resiko," ujar Putu yang juga pendiri komunitas mahasiswa memulai bisnis di Surabaya.

Memulai Bisnis Sejak Mahasiswa
Kebanyakan peserta yang mengikuti YES sudah memiliki bisnis sendiri mulai dari yang sederhana seperti berjualan pulsa hingga yang agak rumit seperti di bidang robotika. Contohnya saja Mahendra Ega dan Rizki Aris, dua mahasiswa dari jurusan berbeda di ITS yang memulai bisnisnya dari PKM mereka yang lolos dibiayai Dikti. PKM yang lolos tersebut berjunlah dua dalam kategori pengabdian masyarakat serta kewirausahaan.

Ega dan Rizki memilih berwirausaha di bidang kuliner. Mereka mendirikan sego njamur yaitu nasi yang berisi jamur dan dikemas dalam bentuk onigiri (sejenis nasi kepal, Red). "Sego njamur sudah mulai beroperasi sejak beberapa minggu yang lalu. Ranah penjualan kami masih dalam kawasan kampus. Pernah hanya dalam waktu lima belas menit terjual sekitar empat puluh sego njamur," ujar Ega.

Sedang PKM mereka yang berupa pengabdian masyarakat adalah budidaya jamur dikalangan santri. Ega dan Riski mengajak serta dua santri yaitu Hadi dan Huda ke acara YES. "Salah satu program kami di PKM tersebut adalah memberi wawasan mengenai wirausaha kepada santri agar dapat mengembangkan usahanya," jelas Ega.

PKM dari Ega dan Rizki ini telah berjalan sejak bulan Januari lalu dan saat ini hasil kerja keras mereka mulai terlihat. "Tiap hari bisa panen empat sampai enam kilo jamur," terang Hadi selaku
santri yang memimpin budidaya jamur.

"Jangan mengkotak-kotakan santri atau bukan, kaya atau miskin. Berwirausaha tidak mengenal latar belakang. Apalagi Nabi Muhammad juga mengajarkan kita untuk berdagang bukan bekerja sebagai pegawai," tambah Sam Urai saat diminta wejangan. (el/tyz)

Berita Terkait