Yunus menyampaikan terobosan terbarunya di bidang image prosessing, atau pengolahan gambar Di depan enam puluh mahasiswa dari lima jurusan FMIPA. Program racikan dosen Jurusan Matematika ini ia beri nama Frame Wavelet.
“Belakangan sistem komunikasi yang digunakan berbasis suara, sudah saatnya beralih pada teknologi berbasis citra visual,†tutur Yunus. Program yang ia olah memiliki berbagai macam keunggulan seperti menghilangkan buram dalam suatu gambar, memperbaiki gambar yang tidak teratur, dan merekonstruksi gambar.
Ali memberi contoh satu kejadian pencurian di sebuah bank. Untuk menemukan siapa pelakunya, pihak bank akan menggunakan kamera CCTV untuk melacak karakteristik pelaku. Kebanyakan dengan cara zoom sampai beberapa kali hingga gambar menjadi pecah dan terlihat seperti titik besar yang berwarna hitam.
“Itu karena program yang digunakan belum mampu untuk mengolah data dengan resolusi tinggi. Dengan metode Frame Wavelet yang menggunakan basis fungsi linear, gambar bisa direkonstruksi dengan lebih jelas,†papar Ali.
Ali mengakui bahwa progam yang ia buat ini tergolong sulit. Akan tetapi ia menuturkan bahwa programnya memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya dilihat dari sistem numerik algoritmanya yang murah dan sederhana, juga efisiensi fungsi kerja lebih bagus dibanding dengan sistem pengolahan gambar yang sudah ada.
Materi yang kedua disampaikan oleh Prof Dr Bagus Jaya Santosa. Beliau adalah seorang fisikawan yang bergerak di bidang geologi. Pada kesempatan kali ini, dosen Fisika lulusan UGM ini memaparkan tentang risetnya mengenai analisis pengolahan data gempa.
“Selama ini di Indonesia yang dalam hal ini diwakili Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam menganalisa data gempa dalam bentuk gelombang ditinjau dari satu komponen ruang saja,†ulas Bagus. Sehingga olahan data dalam bentuk gelombang hanya bisa menunjukkan dimana posisi gempa terjadi menurut garis bujur dan garis lintang, kedalaman gempa, dan berapa kekuatan gempa tersebut.
“Yang belum disadari adalah model bumi yang anisotrop. Yaitu bagian bumi yang vertikal kecepatannya lebih lambat dari pada yang horizontal,†ungkap Bagus. BMG, lanjut Bagus, menganggap bahwa kecepatan bumi secara vertikal lebih lambat hanya pada kulit terluar saja, bukan sampai ke inti bumi. Oleh sebab itu BMG hanya mengolah data gempa melalui satu komponen ruang, yaitu secara vertikal.
Profesor ini kemudian mengajukan risetnya yang mampu menganalisa bentuk gelombang dalam tiga sumbu komponen ruang. Yakni secara veertikal, transversal, dan radial. Dengan begitu hasil olahan data jauh lebih optimal. Program Bagus bisa mengetahui seberapa luas bidang patahan yang diakibatkan gempa, dan seberapa kuat bumi tergoncang akibat gempa.
Salah satu keistimewaan program ini adalah bisa meramal tempat terjadinya gempa selanjutnya. “Gempa terjadi karena patahan lempeng bumi, dengan mempelajari karakteristik patahan tersebut, maka bisa di ramalkan dimana gempa berikutnya terjadi,†ungkap Bagus.(fz/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan