Para cawali Surabaya, minus Arif Afandi-Adies Kadir dan Tri Rismaharini-Bambang DH, menyampaikan komitmennya tentang permasalahan lingkungan hidup dalam forum yang digagas Dewan Kota Surabaya bersama Teknik Lingkungan ITS. Acara itu turut dihadiri oleh puluhan mahasiswa, anggota LSM, dan masyarakat sipil pemerhati lingkungan.
Ir H Fandi Utomo, cawali dengan nomor urut dua mendapat giliran pertama menyampaikan visi misinya. Menurutnya Surabaya dengan kepadatan penduduk hampir sepuluh ribu jiwa per kilometer persegi setiap harinya sudah meninggalkan beban yang sangat berat pada lingkungan. Limbah domestik dan sanitasi harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Selain itu juga perlu disediakan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) hingga tiga puluh persen.
Cawali yang diusung oleh PDS, PKS, PKNU, dan PPP itu juga menyoroti masalah lalu lintas. Dikatakan oleh mantan dosen ITS ini jumlah kendaraan yang ada di Surabaya sudah terlampau banyak. Pemerintah pun perlu mengatur regulasinya. Ia mencontohkan, jika ITS mampu memaksimalkan asrama dan rumah dosennya, akan membantu mengurangi tingkat polusi di Surabaya karena transportasi. Hal itu juga dapat diterapkan untuk kawasan industri dan institusi pendidikan lainnya.
Naen Suryono, calon wakil walikota pasangan Fitradjaja Purnama menganggap permasalahan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah harus berani dan wajib mengeluarkan aturan-aturan tentang lingkungan hidup yang lebih jelas. Seperti Peraturan Daerah (Perda) tentang limbah pabrik, revitalisasi tumbuhan di pinggir sungai, perda tentang RTH hingga mangrove di sepanjang pantai Surabaya.
Pria yang maju lewat jalur independen itu juga menekankan pentingnya energi alternatif pengganti. Menurutnya pemerintah harus menganggarkan dana yang cukup besar di sektor lingkungan hidup. Bahkan ketika ditanya oleh salah satu peserta forum tentang besarnya anggaran, calon dengan nomor urut lima itu berani menjanjikan sepuluh persen APBD untuk sektor lingkungan.
Calon terakhir yang menyampaikan komitmennya yaitu Bagio Fandi Sutadi. Mantan asisten satu sekkota Surabaya itu memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai lingkungan. Diantaranya pengolahan sampah, pengaturan RTH, dan juga gas buang kendaraan bermotor.
Pria yang tinggal di Barata Jaya ini berpendapat bahwa Surabaya bisa mengadopsi sistem pengolahan limbah seperti di Kuta, Bali. Cawali dengan nomor urut satu ini menjelaskan, "Limbah cair rumah tangga dialirkan melalui pipa-pipa yang akan diolah lagi menjadi air bersih," kata pria yang diusung oleh PKB dan Gerindra ini.
Ketika moderator membuka sesi tanya jawab, salah satu perwakilan dari LSM peduli lingkungan hidup mengkritik tajam kinerja Pemkot Surabaya selama ini di sektor lingkungan. Menurut wanita yang tidak menyebut namanya ini pemerintah yang membuat aturan tapi justru pemerintah sendiri yang melanggar. Contohnya mengenai penjualan aset RTH, kebun bibit, kepada investor beberapa tahun lalu. Ia juga berpendapat pemerintah kurang kreatif dalam memanfaatkan sampah yang sebenarnya bisa didaur ulang. (ian/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan