Mengubah pola hidup terutama pola pikir anak jalanan memang diakui cukup sulit. Lihat saja, untuk mengatasi masalah tersebut, rumah singgah pun beralih menjadi bahasan global. Mulai dari pemerintah, pihak institusi, sampai mahasiswa turut terjun langsung dalam program rumah singgah. Jika tahun 2005 rumah singgah masih sebuah angan-angan pihak BEM ITS, kini program tersebut menjadi langkah kreatif bagi si anak maupun orang tuanya.
“Sebenarnya, rumah singgah yang sekarang kami jalankan adalah program lanjutan dari periode sebelumnya. Ini memang Proker baru,†jelas Nur Izzati Ilmi mengawali ceritanya. Setelah melalui berbagai pertimbangan, rumah singgah tersebut resmi berdiri dan digunakan sebagaimana fungsinya pada (27/3) tahun lalu.
Sedikit berkaca pada periode lalu, rumah singgah memang sebuah rumah belajar sekaligus sebagai taman baca. Namun, dengan terkendalanya dana, kegiatan belajar-mengajar pun berpindah tempat di Mushola. “Dulu juga ada religion training. Tapi sekarang kegiatannya hanya sebatas belajar atau sedikit sharing,†tambah mahasiswi yang kerap disapa Ilmi.
Jika dilihat sepintas, program rumah singgah ini memang terkesan biasa. Sebab, tak terhitung lagi jumlah rumah singgah yang tengah digalakkan dalam negeri. Namun, bagi mahasiwa ITS, adanya program ini tak lain adalah sebuah awal semangat melahirkan generasi baru di lingkungan ITS. “Tentunya kita prihatin melihat anak-anak kecil seusia mereka, hanya berpikir bermain tanpa memikirkan akademiknya,†tutur mahasiswa Teknik Kimia ini.
Lebih jelasnya, rumah singgah ini memang bertujuan meningkatkan akademis siswa Keputih Jaya Timur. Dengan kondisi orang tua mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai pemulung, belajar sendiri merupakan sebuah hal yang sulit. Sedangkan, les ataupun jenis belajar lainnya menjadi masalah baru di tengah minimnya biaya. “Orang tua mereka bilang, kebanyakan anak-anaknya malas belajar,†celoteh Ilmi. Meski hal tersebut tidak berlaku untuk semua siswa.
Sabtu dan Minggu pun menjadi pilihan jadwal sharing materi di sekolah bagi anak-anak yang terdiri dari siswa SD dan SMP. Tutorial tersebut diadakan rutin dengan didampingi tutor yang tak lain mahasiswa ITS sendiri sebanyak 20 orang. Di antaranya, pelaksana program rumah singgah dan mahasiswa lain yang memang tertarik memberikan materi. “Pelaksanaan program ini masih kurang maksimal. Tutor yang berasal dari mahasiswa luar BEM kadang datang kadang tidak,†keluhnya lagi.
Di sisi lain, pihak BEM juga membagikan buku gratis sebagai media pembelajaran mereka. Buku ini merupakan buku yang kerap dibaca di taman baca tahun lalu. Tak ketinggalan, alat tulis sebagai penunjang pembelajaran pun diberikan cuma-cuma. Bahkan, orang tua siswa tersebut mengungkap bahwa mereka senang dengan adanya program ini. “Orang tua mereka (siswa, Red) merasa terbantu. Sebab, anaknya hanya mau belajar waktu di Rusing (rumah singgah, Red) saja,†tutur Ilmi.
Ilmi pun berharap program ini tetap berjalan sesuai tujuan awalnya. “Semoga para tutornya juga tetap semangat menghadapi kenakalan kecil yang ditimbulkan anak-anak ini.†pungkas Ilmi sambil tertawa.(esy/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan