ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
06 Maret 2010, 03:03

Berbagi Ceria untuk Anak Putus Sekolah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan mendompleng salah satu kegiatan terbesar BEM ITS, yaitu AKRAB 2010, para pekerja sosial tanpa bayaran ini pun memanfaatkan momen yang hanya dilaksanakan setahun sekali. Bersenjatakan paku dan kelereng, kali ini kreativitas Sosmas pun diuji kembali.

“Tujuan utama kita adalah pemberantasan anak putus sekolah. Minimal anak-anak kurang beruntung di sekitar kampus lah,” ujar Nadia Sanggra Puspita.

Nadia menjelaskan, konsep penggalian dana kali ini cukup sederhana. Yakni dengan menghidupkan kembali permainan nenek moyang, kelereng. Mahasiswa yang ingin bermain kelereng harus membayar seribu rupiah tiap permainannya. Setelah itu, dari puluhan mahasiswa dibentuk kelompok-kelompok kecil seperti struktur kompetisi. Satu kelompok kecil kurang lebih terdiri dari lima peserta. Tiap peserta harus berusaha mati-matian untuk mengalahkan rivalnya. Setelah menang, sang juara pun berhak menarik benang undian yang berisi bermacam-macam marchandise ITS yang unik.

“Tanpa disadari, kita sudah berbagi ceria untuk adik-adik yang putus sekolah,” ujar mahasiswa Teknik kimia ini. Jangan cuma dilihat nominalnya saja, tapi kami yakin akan pepatah lama, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, tambahnya. “Nominal hanyalah simbol, memancing kepedulian mahasiswa adalah goalnya,” ungkap Nadia.

Menurut Lutfiana Maryetin, salah satu peserta lomba kelereng, ide-ide cemerlang berlandaskan kepedulian untuk sesama sepatutnya dicontoh oleh kegiatan yang lain. Gadis asal Madiun ini mengutarakan mengumpulkandana dengan sedikit polesan kreativitas akan menjadi sangat menyenangkan. ”Hiburan sekaligus beramal, konsep yang keren. Two thumbs up deh, buat Sosmas!” ungkap mahasiswa angkatan 2006 ini.

Beberapa meter di sebelah lapangan permainan kelereng, tampak pula belasan mahasiswa mengantri untuk mencoba permainan baru, lempar paku. Dengan sedikit kreativitas, paku-paku berdiameter 5 milimeter (mm) itu disulap layaknya sebuah anak panah. Ditambah dengan papan lingkaran dari sterofoam sebagai tempat sasaran, permainan darts ala Sosmas pun siap dimainkan.

Terlihat Muhammad Ersyad, Presiden BEM ITS sedang berusaha keras memfokuskan sasaran. Berkali-kali lemparannya gagal dan terpental. Beberapa lembar uang kertas seribuan pun keluar dari dompetnya memasuki kotak amal. “Walaupun tidak dapat hadiah, saya senang bisa bermain bersama teman-teman. Saya berharap mahasiswa mampu mengambil esensi setiap kegiatannya,” kata Ersyad.

Berbeda dengan Median Yuli Tartanto. Cukup dengan sekali lempar, mahasiswa Teknik informatika ini bisa pulang dengan gantungan kunci cantik berlambangkan logo ITS di tengahnya. (niv/fn)

Berita Terkait