Bioetanol memang dibutuhkan Indonesia! Pernyataan tersebut terdengar jelas dari gedung Pasca Sarjana. Menanggapi hal tersebut, Dzulfikar Ali Sauwibi, ketua pelaksana seminar ini mengungkap perkembangan bioetanol di Indonesia memang sedang diarahkan untuk diversifikasi penggunaan bahan bakar biofuel. â€Sekarang sudah banyak dibuat bioetanol dari bahan yang dapat diperbaharui,†ungkapnya.
Mengusung tema pemanfaatan sumber daya alam wilayah pesisir sebagai bahan baku pembuatan energi alternatif (bioetanol) untuk peningkatan ekonomi masyarakat wilayah pesisir, seminar ini membahas secara gambling masalah yang tengah dihadapi masyarakat pesisir berkaitan dengan bahan bakar. â€Hasil jual ikan tangkapan sama dengan harga beli bahan bakarnya. Nah, kapan masyarakat pesisir dapat untung?†imbuh Ali.
Tak tanggung-tanggung, seminar ini pun menghadirkan pakar-pakar bioetanol dari ITS. Ir Sri Nurhatika MP, sebagai pembicara pertama mengawali seminar dengan materi kompor etanol berbahan bakar bioetanol. â€Harga minyak mentah dunia semakin meningkat, sedang kita butuh bahan bakar yang ramah lingkungan,†papar dosen Biologi tersebut.
Lebih lanjut, Sri menyampaikan keunggulan etanol dalam hal bahan baku. â€Disekeliling kita sudah tersedia banyak limbah. Sudah seharusnya, limbah itu dimanfaatkan. Misalnya, limbah dari tetes tebu (ampas tebu, red),†ungkap Sri. Tak ketinggalan, paparan mengenai kompor etanol beserta jenis dan bentuknya pun dijelaskan secara detail.
Ketika sesi tanya jawab dibuka, salah satu peserta yang tak lain guru pembimbing dari SMA Gresik bertanya mengenai ikon yang dibutuhkan sekolahnya yang notabene berada di daerha pesisir. â€Bagi masyarakat pesisir, alga bisa menjadi solusi. Sebab, bioetanol juga dapa dibuat dari alga,†jelas Sri menaggapi pertanyaan tersebut.
Selanjutnya, dengan materi yang sama, Prof Ir I Gede Wibawa MEng juga mengupas detail potensi bioetanol. Seperti Sri, dosen Teknik Kimia yang kerap disapa Gede terlebih dahulu memaparkan tentang pengenalan etanol. Dalam penjelasan selanjutnya, Gede mengungkap manfaat bioetanol ditinjau dari kadar bioetanol itu sendiri.
â€Fuel grade etanol 99,5 persen dimanfaatkan untuk campuran bensin. Sedangkan, etanol dengan kadar 99,9 persen banyak diprodusi untuk produk farmasi dan kosmetik,†papar Gede yang juga menyebutkan bahaya edible bioetanol dengan kadar 96 persen.
Sesuai dengan disiplin ilmunya, Gede memberi contoh proses pembuatan bioetanol dari tetes tebu serta gambaran kongkret alat yang digunakan dalam skala pabrik. Bagi peserta, materi seperti ini memang menjadi wacana yang menarik untuk dibahas. Sebab, hal tersebut menjadi salah satu car membangun ekonomi nasional. (esy)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung