Ada empat faktor penentu kualitas sebuah perguruan tinggi menurut Alison. Pertama adalah retention dan attrition. Faktor ini dilihat dari berapa jumlah mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi yang menyelesaikan studinya di PT tersebut serta berapa banyak yang meninggalkannya.
Faktor kedua adalah proses audit. Perguruan tinggi di Australia melalui sebuah tahapan audit yang berat setiap dua tahun. Tahapan ini mencakup evaluasi penuh program kerja institusi, program kerja dosen, hingga resume atau daftar riwayat hidup dosen pun diaudit. Faktor lainnya adalah demand dan complaints, yaitu berapa banyak orang yang ingin belajar di institusi tersebut serta seberapa baik tanggapan para mahasiswa mengenainya.
Perlakuan sebuah perguruan tinggi terhadap para mahasiswanya juga sangat berpengaruh terhadap kualitas PT tersebut. Alison meyakinkan, di CQU perhatian penuh diberikan terutama kepada para international students, mulai dari proses penggalian informasi mengenai institusi tersebut, mencari akomodasi dan memilih mata kuliah, hingga proses belajar mereka. "Ini merupakan komitmen dari kualitas pelayanan kami," tuturnya.
Dalam proses belajar, CQU menyediakan berbagai bimbingan bagi para mahasiswa luar Australia, mulai dari tutorial hingga personal support. CQU juga telah menyiapkan sebuah rencana pembelajaran baru bagi para mahasiswa internasional yang bernama New Intergraduate Student Course. Rencana pembelajaran ini dimaksudkan terutama untuk menangani beberapa masalah yang dihadapi oleh sebagian besar mahasiswa dari luar Australia.
Menurut Alison, beberapa masalah tersebut termasuk sifat belajar pasif yang ditandai dengan kekurangaktifan mahasiswa dalam bertanya dan memberikan komentar. Seorang peserta, dosen Teknik Kimia Donny S Bhuana M Eng Adv menanggapi pernyataan Alison tersebut. "Saya menemukan kesulitan untuk membuat mahasiswa saya lebih aktif dalam kelas," kata dosen yang menyelesaikan studi terakhirnya di Adelaide ini.
Alison menyarankan pembentukan grup-grup diskusi kecil dalam kelas. Grup-grup tersebut sebaiknya terdiri dari mahasiswa yang berbeda latar belakang. Mereka harus bekerja sama untuk menanggapi apa yang telah mereka pelajari di kelas dan harus mempresentasikan gagasan-gagasan mereka. "Pada awalnya memang sangat susah, tetapi ketika terbiasa, mereka tidak mau berhenti," kelakarnya.
Salah satu masalah lain yang dialami oleh para mahasiswa internasional adalah plagiarisme. Plagiarisme merupakan hal yang sangat serius dan bisa berujung pada diberhentikannya studi mereka di sebuah institusi.
Alison mempunyai trik khusus dalam menangani masalah plagiarisme. "Saya minta para mahasiswa untuk menanyakan sebuah saran bagus dari tetangga mereka serta meminta nama terakhir tetangga mereka. Dari cara sederhana itulah mereka belajar untuk membuat sebuah referensi," katanya.
Bukan hanya dosen ITS saja yang hadir dalam acara tersebut. Para alumni ITS bahkan dosen dari institusi lain pun hadir. Mereka tampak sangat antusias mendengarkan penjelasan Alison dan berpartisipasi aktif dalam kesempatan tersebut. (lis/tyz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung