Ada beberapa permasalahan yang akan ditimbulkan dari arus urbanisasi besar-besaran tersebut. Salah satunya, masalah pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Keynote speaker acara tersebut, Ir Amirudin, CSE dari Departemen Pekerjaan Umum berkata bahwa daerah kumuh bisa mencapai 54000 Ha.
"Perkembangan tersebut tidak diimbangi dengan pengembangan infrastruktur seperti drainase, air bersih dan air limbah," kata Amirudin. Pengembangan infrastruktur ini, sering terhambat kendala mahalnya lahan dan APBD yang terbatas.
Beberapa masalah lain yang perlu dikaji dalam lingkup tema perumahan dan pemukiman tersebut, seperti persaingan era globalisasi dengan dunia luar. Indonesia memerlukan sebuah terobosan untuk bersaing, khususnya di bidang ekonomi. Masalah pemanasan global juga dipertimbangkan, peningkatan suhu dan level air laut bisa berdampak besar pada kota-kota pantai Indonesia, seperti Semarang dan Jakarta.
Amirudin menuturkan, beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan adalah pengembangan pemukiman yang terarah dan penyempurnaan sarana dan prasarana perkotaan. Perancangan harus lebih peduli lingkungan dan perubahan iklim, mengutamakan produk-produk lokal, dan yang lebih penting lagi adalah melibatkan masyarakat dalam setiap tahap perancangan dan pembangunan. Semua ini demi mewujudkan kota abad 21 yang aman, layak huni dan sejahtera.
Kemudian acara dilanjutkan dengan sidang panelis atas makalah-makalah yang diikutsertakan dalam seminar tersebut. Makalah-makalah tersebut dibagi menjadi empat tema, yaitu Konseptual Rumah, Rumah Marjinal, Rumah Tepian Sungai / Laut, dan Rumah Cerdas.
Apa itu Rumah Cerdas? "Rumah yang dapat mengikuti perkembangan penghuninya, dapat turut berproses, dan memenuhi kebutuhan penghuninya, adalah Rumah Cerdas," kata Ketua Panitia Weni Kusumawardani, ST MT.
Seminar ini juga bertujuan untuk membantu para mahasiswa Pascasarjana ITS untuk mempublikasikan tesis mereka di tingkat nasional. Sebanyak 80% dari para pemakalah berasal dari Pascasarjana Arsitektur ITS, namun kesempatan bagi jurusan lain untuk berkontribusi juga terbuka, dalam lingkup tema yang sama.
Dosen-dosen yang terlibat dalam acara tersebut terutama berasal dari Laboratorium Perumahan dan Pemukiman jurusan Arsitektur ITS. Dosen-dosen tersebut antara lain Dr Ir Dpl Ing Sri Nastiti NE, MT, Ir Hari Purnomo, MBdg Sc, Ir Muhammad Faqih, MSA PhD, Prof Dr Ir Happy Ratna Santosa, MSc, Ketua Jurusan Ir Purwanita Setijanti, MSc PhD dan Prof Ir Johan Silas.
Johan Silas, guru besar Arsitektur ITS yang kini telah pensiun tapi masih aktif dalam berbagai kegiatan arsitektural tersebut, mendapat permintaan khusus dari Amirudin untuk menutup acara keynote seminar tersebut. "Manusia adalah manusia bila ia sudah memanusiakan manusia," Johan memulai.
"Setiap orang harus mempunyai tempat di kotanya, sesuai dengan kedudukan dan cita-citanya, setiap orang harus bisa mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apapun," ia melanjutkan. Menurutnya, sumber daya manusia merupakan kunci utama pembangunan. Begitu human resources sudah mantap, maka lingkungan sekitar akan mengikutinya.
Seminar ini mendapat tanggapan antusias dari Keke Abubakar, seorang Pegawai Dinas Departemen Pekerjaan Umum (PU) di Kupang, NTT. "Program semacam ini masih minim di daerah Indonesia Timur," tutur peserta yang juga seorang mahasiswa Pascasarjana ITS ini. Ia berharap bahwa Departemen PU juga akan mengadakan acara serupa di daerahnya.(lis/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung