Terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, luas lautan 5.8 juta km, dan daratan 1,9 juta km, tidak mengherankan jika Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Sayangnya, potensi tersebut belumlah terberdayakan secara maksimal. Pernyataan tersebut ditegaskan langsung oleh Sri Hadiah Watie B Sc SH QIP, salah satu pembicara pada seminar ini.
Sri kemudian membeberkan data BAPENAS tahun 2003 yang menunjukkan bahwa jalur pelayaran ekspor-impor 94,4 persen dikuasasi oleh perusahaan pelayaran asing dan hanya 5,6 persen sisanya yang dikuasai oleh perusahaan pelayaran nasional. Sedangkan pada jalur domestik, sebesar 58 persen dikuasai oleh pelayaran nasional dan 42 persen oleh pelayaran asing.
"Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa kita bukan raja di negeri sendiri. Bidang maritim Indonesia justru dikuasai oleh pihak asing, sungguh ironis," tegas Sri.
Baru dua tahun kemudian, pemerintah menerapkan aturan baru yakni penerapan asas cabotage. "Mulai saat itu perusahaan pelayaran nasional mulai bangkit kembali, untuk melindunginya dari resiko pemerintah juga menerapkan ketentuan wajib asuransi," ungkap Sri yang juga menjabat sebagai anggota Badan Pengurus dan Perwakilan Development Divisi ISEA & ABAI.
Lebih lanjut, Sri memaparkan, aturan yang mewajibkan asuransi diantaranya berbunyi setiap kapal yang dimiliki oleh perusahaan nasional, muatan, dan penumpang yang diangkut oleh perusahaan nasional yang beroperasi baik di dalam negeri maupun luar negeri wajib diasuransikan. "Kebijakan tersebut bisa berdampak positif karena mendorong perusahaan asuransi nasional yang bergerak dibidang asuransi perkapalan untuk menyesuaikan dengan standar kemampuan retensi asuransi perkapalan nasional," tuturnya.
Marine insurance sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis diantaranya marine hull insurance, builder’s risk insurance, marine cargo insurance. "Jika ada kerusakan pada kapal yang diasuransian pihak asuransi akan mengirim surveyor untuk memeriksa seberapa besar klaim yang perlu dibayarkan pada nasabah," jelas Sri.
Semnas Marine Insurance ini merupakan salah satu rangkaian dari acara Insurance Goes To Campus yang diadakan oleh Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI). Insurance Goes To Campus telah diadakan di berbagai perguruan tinggi se-Indonesia. "Tujuan dari acara ini adalah mengenalkan asuransi di dunia maritim. Misalnya saja asuransi untuk muatan kapal," ujar Bayu selaku koordinator panitia.
Sebenarnya ada tiga materi mengenai asuransi dan maritim yang dibahas dalam seminar ini. Materi pertama mengenai pengenalan asuransi yang disampaikan oleh Direktur PT ACA Ir Goenawan Hadidjojo ACII, lalu asuransi kemaritiman oleh Sri Hadiah Watie BSc SH QIP dari Asosiasi Broker Asuransi/Reasuransi Indonesia, dan yang terakhir adalah manajemen resiko oleh Masdar MSc, Ketua Analisis Keuangan Biro Rerasuransian di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (el/az/fay)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung