Pentas Studi Larva 2009 merupakan pementasan perdana yang dilakonkan oleh anggota baru Tiyang Alit periode 2009, setelah anggota baru mengikuti diklat yang dilaksanakan pada akhir tahun 2009 lalu. Istilah larva sendiri adalah sebutan bagi anggota baru Tiyang Alit, sedangkan anggota lama biasa disebut kepompong.
Dihelatnya acara ini merupakan salah satu bentuk konsistensi Tiyang Alit dalam memelihara seni dan budaya dikalangan civitas akademika ITS. “Pementasan seni sudah jarang diminati, apalagi di kampus teknologi seperti ITS ini. Ini merupakan tonggak untuk meneruskan seni dan budaya di lingkungan ITS, bahkan Indonesia,†tutur Imam Malik, selaku Lurah (Ketua,red) Tiyang Alit.
Imam juga mengungkapkan bahwa otak kanan dan otak kiri seyogyanya harus diseimbangkan. “Jika kita setiap hari berhadapan dengan hal-hal berbau teknologi, kenapa sesekali kita tidak mencoba menikmati seni dan budaya,†ujar Imam. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro angkatan 2007 ini juga berharap, bahwa nantinya seni-budaya dan tekonlogi dapat berjalan secara beriringan.
Pada malam ini acara dibagi dalam dua pementasan utama, yang bertajuk Cahaya yang Meredupkan Cita dan Anak Haram. Cahaya yang Meredupkan Cita merupakan sebuah lakon realis, yang menceritakan tentang perubahan sebuah desa yang tak dijangkau aliran listrik menjadi sebuah desa yang modern dan maju. Namun kemodernan yang akhirnya diperoleh justru melunturkan tradisi positif yang ada di desa tersebut.
“Sesuai judulnya, melalui lakon ini Tiyang Alit ingin menyampaikan bahwa sesuatu yang terlihat wah belum tentu baik, bahkan bisa menyesatkan,†jelas Sania Rahmadini, sutradara dari lakon Cahaya yang Meredupkan Cita.
Sedangkan Anak Haram merupakan lakon suryalis, dengan lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam penyampaian inti ceritanya. “Lakon Anak Haram ini kami angkat dari fenomena sosial yang ada selama ini. Seolah-oleh hal tersebut merupakan mata rantai yang tak bisa terputus,†ungkap Arif Firdaus Lazuardi, sutradara lakon Anak Haram.
Fenomena sosial yang dimaksud merupakan kehidupan sosial para remaja, seperti pelecehan seksual atau seks bebas. “Kami ingin mengingatkan para mahasiswa untuk lebih berhati-hati terhadap kedua hal tersebut. Jangan sampai hal-hal itu menjadi tradisi pada akhirnya,†tambah Arif.
Sebelumnya acara ini juga dibuka oleh pementasan pembuka berupa tarian teatrikal yang dipadu dengan pelafalan puisi oleh para penari. Selain dua pementasan utama dan pementasan pembuka yang disuguhkan oleh para anggota baru Tiyang Alit, ada pula para undangan dari teater universitas lain se-Surabaya yang diminta untuk menampilkan pertunjukkan spontan, seperti pembacaan puisi. (sat/fn)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung