Sebagai institusi pendidikan berbasis ipteks, prestasi ITS di bidang technopreneurship bukan hal yang baru lagi. Setidaknya, ribuan mahasiswa ITS mampu menunjukkan taringnya di bidang tersebut. Seperti Brian Arfi Faridhi, juara Wirausaha Muda Mandiri, belum lama ini.
Pembekalan materi technopreneurship dirasa perlu bagi Ir Arman Hakim Nasution MEng, staf khusus Rektor ITS. Sebab pacuan awal yang dibutuhkan mahasiswa untuk memulai bisnis adalah spirit. Hal tersebut memang sesuai dengan wacana rencana strategis. “Dalam rencana operasional, ITS juga condong ke arah entrepeneur by design. Hal itu akan menjadi kompetensi lain bagi mahasiswa’†ungkap Arman yang juga dosen jurusan Teknik Industri.
Dikatakan Arman, ITS memperoleh dana hibah sebesar Rp 200 juta dari Bank Mandiri, Rp 1 miliar dari Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti), dan lebih dari Rp 150 juta dari Recognition and Mentoring Program– Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB). “Dana hibah tersebut digunakan untuk pengembangan potensi para technopreneur,†jelas Arman lagi.
Secara khusus, dana dari RAMP-IPB mengarah pada pengembangan kurikulum melalui program andalan yang memang sedang dilakukan pihak ITS. Di antaranya, memfasilitasi mentoring (mentoring facilitation), melakukan peningkatan kapasitas technopreneurship mahasiswa (student technopreneurship capacity building), serta melakukan studi kebijakan (policy studies).
Pria berkacamata ini juga menuturkan bahwa universitas-universitas luar negeri sudah mengarah pada technopreneur university. “Universitas dalam negeri termasuk ITS masih mengarah pada technopreneur teaching,†lanjut Arman.
Ke depan, Arman berharap ITS dapat menjadi research university, bahkan wacana rencana strategis menargetkan hal tersebut dapat diraih ITS pada tahun 2017. “Research university bisa kita raih melalui semangat technopreneurship serta kerjasama erat dengan berbagai industri,†ungkap Arman.
Wajib Pelajari Pengantar Technopreneurship
Dalam pengoperasian RAMP-IPB, ITS memberlakukan metode student learning bagi mahasiswa. “Dulu mata kuliah technopreneurship wajib dipelajari mahasiswa jurusan Teknik Industri. Tapi sekarang, materi itu wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa,†tutur Arman.
Untuk semester dua ini, dibuka 36 kelas TPB dan satu kelas khusus pengantar technopreneurship. Sebenarnya, tak ada perbedaan yang mencolok antara kedua kelas tersebut. Secara metode pembelajaran pun sama.
Hanya saja, pada kelas khusus yang digawangi 37 orang ini, diberikan motivasi khusus. Dalam pengertian, mereka nantinya dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang. Tiap kelompok diharapkan memiliki rencana bisnis yang matang dan mampu dikembangkan secara luas dalam market. “Kelas khusus ibarat event organizer. Bila sukses, akan dikembangkan ke semua kelas TPB,†ujarnya.
Menurut Arman, bisnis yang dirancang di kelas khusus nantinya akan dibantu dalam hal pendanaan. Namun, tidak untuk bisnis yang sekedar penelitian dan menghabiskan banyak biaya. "Jadi, mahasiswa harus mampu menciptakan produk yang dapat bersaing di pasar global," imbuhnya.
Lebih lanjut, Arman mengungkapkan bahwa materi pengantar technopreneurship ini idealnya dipelajari oleh mahasiswa yang sedang belajar di semester empat atau lima. Sebab mereka sudah memiliki ilmu yang cukup untuk diaplikasikan. (esy/nda)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi