ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
28 Januari 2010, 21:01

Goblok Dulu, Baru Jadi Entrepreneur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan gaya bicara yang santai, Iman mengupas tuntas masalah yang sering melilit mahasiswa untuk menjadi entrepreneur. “Banyak orang berpikir dapat beasiswa, misalnya ke Sourbone merupakan puncak prestasi. Buat apa? Banyak lulusan Sourbone yang pulang dari sana hanya membaca buku, di-resume, kemudian diceritakan kembali,” tutur Iman.

Selama ini, lanjut Iman, mahasiswa hanya terpaku pada satu hal. Contohnya, mereka mengenal Thomas Alfa Edison hanya sebagai penemu. Padahal, Thomas punya sisi kehidupan lain sebagai seorang entrepreneur. Terbukti sebuah pabrik berlogo General Electric (GE) yang didirikannya masih mendunia sejak 1878. “Kalau begitu monyet vs sarjana bisa dikatakan menang monyet. Monyet saja bisa menghasilkan uang setelah diajari atraksi. Tapi sarjana malah nganggur,” celetuk Iman yang disambut gelak tawa puluhan mahasiswa.

Karena terlalu sering menggunakan produk asing, menurut Iman, masyarakat Indonesia tak benar-benar berkembang entrepreneurship-nya. Tak terhitung jumlah merk produk asing yang dikonsumsi. Mulai dari Nestle, GE, sampai McD. “Sebanyak 15 persen orang Amerika berprofesi sebagai entrepreneur. Sedangkan Indonesia hanya 0,18 persen,” jelas Iman yang juga lulusan Teknik Mesin ITS.

Lalu bagaimana cara berpikir mahasiswa agar sukses ber-entrepreneur ? "Jadilah orang yang merasa goblok (kurang pandai, Red)," tutur Iman. Ia kemudian menyebutkan bahwa orang bodoh itu ada empat macam. Antara lain, orang bodoh yang tidak menyadari dirinya bodoh bahkan membodoh-bodohkan orang lain, orang bodoh yang menyadari dirinya bodoh tetapi tidak mau belajar dan minder, orang bodoh yang menyadari dirinya bodoh kemudian belajar, menjadi pintar dan merasa pintar, dan orang bodoh yang menyadari dirinya bodoh, belajar menjadi pintar tapi tetap merasa bodoh.

“Kalau mahasiswa selalu merasa pintar, mereka tidak akan pernah belajar dari orang yang telah sukses menjadi entrepreneur,” ungkapnya. Ia juga menuturkan menjadi entrepreneur itu perlu tiga karakter. Yaitu, cinta bidangnya, dapat uang, dan ahli. “Fokus satu bidang, kemudian pupuk keahlian. Maka bidang itu akan menjadi lahan bisnis,” lanjut Iman.

Tak hanya berbagi tips jitu menjadi entrepreneur, penulis yang telah menulis tujuh buku dengan tajuk entrepreneurship ini juga berbagi kisah para entrepreneur sukses. “Oleh karena itu, PR pertama menjadi seorang entrepreneur adalah jangan minta makan pada orang tua,” celetuk Iman menutup acara tersebut. (esy/fay) 

Berita Terkait