Dalam pembukaan Sesindo ini, Bekti Cahyo H MKom menjelaskan pada tahun ini terjadi penurunan dalam jumlah peserta. Dari 85 paper yang diajukan pemakalah, hanya diambil 60 paper ditambah enam buah poster. “Hal ini tidak terlepas dari Sesindo sekarang yang lebih dikonsentrasikan untuk bidang Sistem Informasi," jelas Ketua Panitia Sesindo 2009 ini.
Prof Eko Budi Djatmiko dalam sambutannya mengungkapkan bahwa saat ini perkembangan Teknologi Informasi (TI) sudah lebih canggih. Namun tentunya, dibutuhkan suatu langkah dalam mengelolanya. “Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sistem yang bisa kita manfaatkan, bukan malah pihak lain yang tidak berkepentingan yang lebih dulu memanfaatkan," tegas Eko.
Dalam kesempatan ini, Prof Riyanarto Sarno PhD turut menguatkan pendapat Eko. Sebagai keynote speaker pertama, Dekan FTIF ini menjelaskan secanggih apapun teknologi saat ini hanya berperan sedikit sekali, yaitu 40 persen. Sisanya yang sebesar 60 persen terletak pada proses manajemen yang justru banyak dilupakan.
Riyan menambahkan, TI tidak akan terlepas dari adanya keterkaitan dengan bisnis. Menurut Riyan, perlu adanya suatu proses untuk meyakinkan pihak bisnis bahwa investasi TI akan bisa menjadi penggerak suksesnya suatu bisnis. “Harapannya orang SI akan bergerak karena permasalahan ini sesuai dengan ranah SI yang lebih dekat dengan dunia bisnis," papar Riyan.
Riyan juga memaparkan masih banyak teknologi yang dibuat oleh para pakar TI saat ini belum dimanfaatkan. Menurut tenaga ahli DPRD ini, salah satunya adalah karena pakar-pakar yang ada masih mengukur manfaat yang ada dari suatu sistem sebatas dari manfaat yang dapat terukur saja. Belum ada pandangan yang menyatakan bahwa siapa saja yang menguasai informasi akan menguasai masa depan.
“Infomasi memang merupakan aset yang penting terutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang TI, namun belum semua menerapkan sistem keamanan informasi," ujar lulusan universitas terkemuka di Kanada ini.
Rencananya, dalam jangka panjang ini akan dilakukan pelatihan untuk memahamkan pentingnya Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Hal ini diperkuat oleh Irsyat Iffano. Bersama Riyan, mereka akan membuat pelatihan dalam bentuk seminar yang dimulai Januari tahun depan.
Pelaksanaannya sekitar dua kali dalam sebulan. Total akan diberikan enam sesi pertemuan dengan masing-masing pertemuan sebanyak satu sesi. “Harapannya, dengan ada pelatihan jangka panjang ini akan semakin menekankan pentingnya nilai dari suatu informasi, serta nantinya SMKI dapat diterapkan di segala bidang,“ papar Irsyat.
Riyan juga mengharapkan, kedepannya akan ada Undang-undang yang membatasi kinerja SI dan TI. Hal ini mengingat TI harus perkembangan TI saat ini harus menjadi bagian strategis saat ini. “Adanya Undang-undang tersebut diharapkan mampu memfokuskan dan mengoptimalkan peran SI dan TI masing-masing," jelas lulusan S1 ITB ini.
Ke depannya, Sesindo akan mempersempit temanya lebih ke bidang sistem dan bukan komputer. "Paper yang masuk juga aka lebih disaring lagi, agar lebih bisa berkompetisi di dunia industri kreatif," ungkap Bekti selaku Ketua Panitia. (m15/m8/mtb)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung