Proyek JSS ini memang cukup menggemparkan. Pasalnya, para atasan negeri ini mengagendakan proyek tersebut selesai dalam sepuluh tahun. Terlepas dari itu semua, pihak ITS beserta 35 pakar di berbagai bidang menggelar diskusi mengenai hal tersebut. Bertempat di Ruang Sidang Rektorat Lt. 1 ITS, diskusi bertemakan "JSS: Blinder atau Teknologi?" tersebut dihadiri oleh Nada Vaza Soraya, Ketua KADIN Indonesia, serta beberapa mahasiswa ITS yang berprestasi.
Prof Dr Ir Herman Wahyudi, Dosen Teknik Sipil FTSP-ITS mendapat kesempatan pertama menyampaikan presentasinya mengenai JSS dalam kacamata ahli Teknik Sipil. "Pembangunan JSS ini sangat beresiko dan sulit untuk direalisasikan. Bukannya saya pesimis, namun melihat kendala-kendala, terutama dari alam, rasanya berat sekali," ungkap Herman.
Herman melanjutkan, kendala-kendala itu diantaranya adalah wilayah pembangunan JSS terletak di wilayah gempa 5. Area tersebut tergolong wilayah gempa yang sangat besar di Indonesia. Selain itu, wilayah yang terletak di dekat gunung yang masih aktif juga menjadi kendala utama. Gunung aktif tersebut adalah Gunung Krakatau dan anak-anaknya yang dikhawatirkan bisa meletus kapan saja dan dapat menyebabkan kerusakan jembatan, serta korban jiwa.
Selain dilihat dari kemungkinan teknis pembangunan, Regional Economic Development Institute (REDI) juga menyampaikan pendapatnya. Kali ini REDI diwakili oleh Indra N Fauzi. "Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah ekonomi. Kita harus menghitung benefit di bidang ekonomi kalau proyek JSS tersebut dilaksanakan. Jangan sampai benefit lebih rendah daripada biaya pembangunannya," ujar Indra.
Menurut Indra, hal-hal yang patut diperhatikan adalah peningkatan perekonomian Indonesia naik berapa persen. Apabila JSS sudah berdiri, apakah volume perdagangan Jawa-Sumatera bakal melejit ke atas. Apakah krisis ekonomi di negeri ini bakal lebih baik, dan sebagainya. "Pokoknya jangan sampai pembangunan JSS hanya memandang harga diri Indonesia di mata dunia, namun tidak mampu mengubah ekonomi bangsa," imbuhnya.
Kesempatan terakhir, diberikan kepada Ir, Tri Achmad, Ph D, dari Laboratorium Transportasi Laut Teknik Perkapalan FTK-ITS. Kali ini, dia memandang kelebihan-kekurangan proyek JSS dalam kacamata kebutuhan transportasi di Indonesia. "Dilihat dari kebutuhan, sebenarnya pembangunan JSS tersebut tidak butuh-butuh amat. Pasalnya kalau dibangun JSS, distribusi perdagangan juga tidak meningkat secara signifikan. Bahkan lebih baik dibangun transportasi laut yang lebih baik," katanya.
Telepas dari itu semua, Rektor ITS, Prof Ir Priyo Suprobo MSc PhD dalam pesannya yang disampaikan Pembantu Rektor IV, Prof Ir Eko Budi Djatmiko M.Sc., Ph.D mengharapkan agar proyek tersebut dipikir lebih matang. "Hendaknya kita semua melihat sesuatu dari banyak perspektif, jangan hanya satu sisi saja. Pasalnya proyek JSS ini tergolong cukup besar dan bakal berpengaruh terhadap ekonomi bangsa. Sebaiknya dipikir lebih matang dan jangan cepat-cepat mengambil keputusan," tuturnya. (niv/jie)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung