”Ada banyak agenda yang telah diselesaikan selama kami mengadakan lawatan ke Jepang, diantaranya menjajaki beberapa bentuk kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di sana, berkait dengan kerjasama riset dan pelaksanaan double degree untuk program master,” katanya.

Diungkapkan Nuh, tim ITS yang berangkat ke Jepang, berkait dengan program PREDICT-ITS (Project for Research and Education Development on ICT in ITS), yang disponsori oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan lima perguruan tinggi di Jepang, masing-masing Tokyo Institut of Technology, Hiroshima University, Saga University, Kumamoto University dan Tohoku University. ”Kami mengunjungi lima perguruan tinggi itu termasuk ke kantor pusat JICA. Selain itu mengunjungi lembaga pemberi beasiswa Hitachi Scholarship Foundation (HFS) milik Hitachi, Ltd,” katanya.

Bersamaan dengan kunjungan ke lima perguruan tinggi, JICA dan HFS itu, kata Nuh, ia juga berkesempatan untuk memenuhi undangan dari Soka University dalam rangka menerima Award of Highest Honor dari universitas yang didirikan dari perhimpunan umat Budha di Jepang itu. ”Penghargaan itu diberikan  atas dasar kontribusi dan keterlibatan saya selaku Rektor ITS dalam mempromosikan pendidikan tinggi, kebudayaan, kemanusiaan, dan perdamaian,” katanya.

Di Soka, selain menerima Award, rombongan ITS juga menandatangani kerja sama riset di bidang lingkungan seperti pengolahan sampah dan air dalam waktu tiga tahun ke depan. ”Tindaklanjut dan implementasi dari kerjasama ini kembali akan ditandatangani bertepatan pada peringatan Dies Natalis ke-46 ITS, 10 November mendatang. Bentuk kerjasama ini sudah bukan lagi pada riset skala laboratorium, melainkan implementasi langsung,” katanya.

Karena itu, dalam kerjasama riset ini, ITS berencana akan mengajak Pemkot Surabaya dan juga pihak swasta Jepang dalam pembiayaannya. ”Kami ingin persoalan sampah dan air di Surabaya bisa terselesaikan melalui kerja sama riset ini. Selain dengan Soka University, ITS juga menjajaki kerja sama dengan Keio University untuk bidang global disaster management,” katanya. (humas/asa)