Muhammad Rizi Chodiantoro, peserta ITS Goes Global saat mengunjungi National Library di Singapura.
Singapura, ITS News – Dalam studi ekskursi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ke Singapura, Selasa (7/10), ada kisah unik dari Muhammad Rizki Chodiantoro, salah seorang peserta. Berkesempatan mengunjungi negeri singa untuk pertama kalinya, mahasiswa Departemen Biologi ini mengisahkan hasil ulikannya menjawab rasa penasaran mengenai rantai pengolahan sampah Singapura.
Kunjungannya ke National Library Board memberikan kesempatan kepada Chodi ini berkesempatan mempelajari Waste to Energy. Sebuah teknologi yang dikembangkan Singapura untuk menyulap sampah yang tak dapat didaur ulang menjadi sumber energi listrik.
Dalam masalah lingkungan, Singapura mendapuk National Environment Agency (NEA) sebagai pengelola utama. Oraganisasi publik di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air (MEWR) Singapura ini berhasil mengatasi permasalahan sampah. Hingga Singapura berhasil masuk dalam jajaran negara terbersih di kawasan Asia.
“Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan uap hasil pembakaran sampah non daur ulang untuk menggerakkan turbin yang berfungsi sebagai pembangkit listrik,” ungkap Chodi kepada ITS Online.
Pembangkit listrik tersebut menjadi salah satu sumber energi nasional yang dimanfaatkan Singapura untuk menyuplai kebutuhan energi di negara berpenduduk sejumlah 6 juta jiwa ini.
Dengan temperatur sebesar 1000 derajat celcius, sampah akan menjadi abu dengan penyusutan volume sebesar 90 persen dari volume asalnya. “Ruang pembakaran juga didesain sedemikian rupa sehingga tekanannya lebih rendah dari tekanan atmosfer. Gas sisa pembakaran pun dinetralkan dulu melalui proses electrostatic precipitators sebelum dibuang,” lanjut Ketua Himpunan Mahasiswa Biologi ITS ini.
Chodi pun mengaku terpesona dengan pengolahan abu hasil sisa pembakaran sampah tersebut. Dengan segala inovasi dan nama besarnya, Singapura tidak mengesampingkan aspek kelestarian alam. Terbukti, abu tersebut dimanfaatkan sebagai pengisi pagar beton Seamakau Landfill.
Secara bertahap abu hasil sisa pembakaran digunakan untuk mengisi komponen di Semakau Landfill. “Dari yang saya baca, itu adalah pulau buatan penghubung antara pulau Semakau dan Sakeng. Di atas abu kemudian diberi lapisan organik dan ditumbuhi vegetasi,” terang Chodi.
Saat ini, sebagian Semakau Landfill sudah terisi dan menjadi tempat rekreasi. Di tempat itu para penduduk bisa melakukan berbagai macam kegiatan outdoor, seperti lari, berkemah, ataupun sekadar menyalurkan hobi fotografi. ”Sehingga, di Singapura, sampah justru bisa mengundang wisatawan,” selorohnya. (saa/mis)
Madiun, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) melaksanakan rangkaian program pemberdayaan
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melanggengkan perannya dalam upaya penyelamatan iklim. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperkuat aktivis mahasiswa menjadi pemimpin bisnis di masa depan, Institut Teknologi Sepuluh
