"Ini merupakan tradisi ITS didalam menerima mahasiswa baru, mengumpulkan dalam satu tempat dan memberikan kuliah umum sebagai bekal mereka menapaki perkuliahan berikutnya," kata Pembantu Rektor III ITS, Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng, Selasa (31/8) siang.

Dikatakannya, tahun lalu ITS mengundang Cak Nur (Nurcholis Madjid) berbicara dihadapan mahasiswa baru. Tradisi mengundang tokoh dari luar untuk memberikan wawasan kepada para mahasiswa baru ini juga berkait dengan penerimaan secara resmi calon mahasiswa baru itu menjadi mahasiswa baru ITS oleh senat institute. "Kalau sebelumnya kami mengundang para orang tua atau wali mahasiswa baru, maka kini waktunya kami secara resmi mengundang mahasiswa baru dalam acara penerimaan," katanya.

Kenapa pilihannya jatuh kepada Cak Nun? Jazidie yang mantan Ketua Jurusan Teknik Elektro ITS ini menjelaskan, sosok Cak Nun sebagai budayawan yang memiliki wawasan luas kami anggap dapat memberikan bekal kepada para mahasiswa baru. "Kami juga melihat komitmen Cak Nun selama ini untuk memajukan investasi di bidang pendidikan cukup kuat. Itu sebabnya melalui rapat senat akhirnya diputuskan untuk mengundang Cak Nun," katanya.

Selain itu, kata Jazidie menambahkan, sosok Emha dalam situasi menjelang pemilu presiden tahap kedua ini, masih netral, sehingga cocok untuk kami undang di kampus. "Kami khawatir jika orang yang kami undang tidak mampu bersikap netral, nanti ITS malah dicap mencoba mempengaruhi masyarakatnya untuk menentukan pilihan pada pemilu nanti," katanya.

Pertimbangan-pertimbangan itulah antara lain, kata Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan ini, yang menjadi pertimbangan memilih Emha Ainun Nadjib. "Meski begitu kami tidak sedikit pun menitipkan pesan atau apa pun yang akan disampiakan Cak Nun. Apalagi kami tahu Cak Nun bukan orang yang bisa dititip-titipkan. Silahkan berbicara apa saya, intinya dapat memotivasi mahasiswa baru didalam menjalankan perkuliahannya," kata Jazidie. (humas/bch)