IYCS berlangsung di Bandung selama empat hari. Imron sangat termotivasi berada di antara para pelaku perubahan lainnya. Ia melihat bahwa banyak dari mahasiswa yang melakukan perubahan malah terasingkan. ”Di sini saya tidak merasa sendiri,” ungkap Imron.

Ia menuturkan lebih lanjut, orang yang melakukan perubahan sangat sedikit. Sehingga, sebagian dari mereka merasakan kegelisahan yang hampir sama akan keterasingan. Perubahan yang dimaksud yaitu bisa melakukan sebuah karya yang bermanfaat. Manfaat itu bisa dirasakan oleh lingkungan sekitarnya dan bukan hanya oleh dirinya sendiri.

Para peserta merupakan perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia.  Ruang lingkup kegiatan itu pun bukan hanya dari kalangan mahasiswa saja. "Ada juga siswa SMP dari Klaten yang ikut dengan usaha pemberdayaan masyarakatnya dari produk olahan susu," jelasnya.

Mereka dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Changemakers dan Observer.  Changemakers adalah orang yang melakukan perubahan di komunitasnya minimal selama tiga tahun. Sedangkan observer adalah orang yang diproyeksikan akan menjadi changemaker di masa depan. "Saya masih dikategorikan sebagai Observer," ungkap Imron.

Ia berharap, keikutsertaannya itu bisa lebih memajukan Keluarga Mahasiswa (KM) ITS. Akan tetapi, ia masih merasa ada yang perlu dilaksanakan demi mengapresiasi para Changemakers maupun Observers dalam ITS sendiri. Mahasiswa asal Malang itu pun memaparkan rencananya untuk menggelar beberapa penghargaan bagi KM ITS.

Salah satu programnya adalah Inspiration and Person Award. Penghargaan ini ditujukan bagi mahasiswa ITS yang sudah melakukan perubahan. "Seperti Indonesia Membaca, yang menggerakan mahasiswa ITS untuk gemar membaca," tutur mahasiswa Teknik Kimia itu.

Meski hanya berupa apresiasi kecil, ia berharap penerima penghargaan mampu mendalami manfaat apresiasi tersebut. Juga mulai terdorong untuk melakukan perubahan yang dari hal terkecil itu. "Lakukan hal terkecil untuk perubahan sampai orang lain belajar dari dirimu," pesannya menutup. (qly/lis)