Tim ini beraanggotakan Empat mahasiswa ITS yang berasal dari empat jurusan berbeda. Dua Arjuna tim ini ialah Dhoni Hartanto dari Teknik Kimia dan Ali Fauzi dari Teknik Informatika. Dua Srikandi selanjutnya adalah Zahrotus Sorayya dari Teknik Sipil dan Dhahniar Rakhmawati dari Teknik Industri. Sepintas, terlihat tidak biasa jika dalam satu tim tak ada mahasiswa dari jurusan yang sama. Namun, perbedaan ini justru saling melengkapi ide mereka.
Ide ini berangkat dari satu hal simpel, yakni kesamaan profesi orang tua dari tiga anggota tim. “Orang tua kami memang petani. Jadi, kami tahu apa yang biasa dirisaukan mereka,†ungkap Dhoni, mahasiswa angkatan 2007 ini. Diakuinya, Jawa Timur (Jatim) sebagai daerah asal mereka merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia. Bahkan, sebutan lumbung padi nasional justru lebih tepat dialamatkan untuk Jatim.
“Sebagai penghasil padi terbesar, NTP (Nilai Tukar Petani, red) Jatim justru lebih rendah dibanding NTP wilayah lain,†keluh Dhoni. Aneh memang, sehingga hal tersebut mendorong tim ini untuk melakukan survei lebih lanjut ke beberapa kelompok petani desa. Hasilnya, para petani memang menginginkan proses penjualan cepat tanpa diimbangi penawaran tepat.
“Mereka lebih suka menjual ke tengkulak,†ujar Dhoni yang pernah menyandang gelar Mahasiswa Berprestasi Teknik Kimia ini. Tentunya, hal tersebut berimbas pada harga jual beras yang murah. Petani dirugikan dan NTP semakin terkesampingkan. Konsep marketing petani, lanjut Doni, perlu ditinjau ulang.
Tak hanya itu, kebutuhan akan akses informasi yang cepat menjadi faktor penting untuk menaikan kesejahteraan petani. Selama ini, petani hanya mengandalkan tengkulak karena informasi mengenai harga hanya diperoleh dari para tengkulak yang mudah dijangkau petani. “Kami ingin memberikan informasi yang dibutukan petani melalui Short Message Service (SMS) gateway,†imbuh Dhoni. Teknologi SMS memang dinilai sebagai teknologi yang portable dan mudah diterapkan bagi petani. Pasalnya, kebanyakan petani telah memiliki telepon seluler.
Dalam penjelasannya, Dhoni mengungkapkan informasi yang diberikan adalah harga supply and demand dari petani maupun pedagang, termasuk jenis dan kualitas padi. “Melalui Paddy-MIC kita bisa menjembatani harga yang diinginkan petani dan yang ditawarkan pedagang,†jelasnya. Nilai tambah lainnya adalah networking petani menjadi semakin luas.
Alur yang mengintegrasikan teknologi SMS dan Personal Computer (PC) ini pun terbilang mudah. Petani dan pedagang hanya perlu mendaftar di database awal terkait nama, alamat, dan nomor telepon. Selanjutnya, petani mengirimkan SMS mengenai spesifikasi padi yang ingin dijual. Sedangkan pedagang pun mengirimkan spesifikasi padi yang akan dibeli.
Jika telah terjadi kesepakatan, transaksi selanjutnya itu murni antara pihak petani dan pedagang. “Jika terjadi penipuan, pihak tersebut bisa melaporkan ke server,†terangnya. Untuk kebenaran data, tim akan bekerjasama dengan Dinas Pertanian, kelompok petani desa, dan Bulog.
Mengenai bisnis, Dhoni menyebutkan bahwa timnya tak berniat menjadikan ide ini sebagai bisnis murni. “Petani sudah susah. Justru kami ingin meningkatkan kesejahteraan petani,†ujarnya. Konsep bisnis itu tetap ada, namun bukan petani sebagai target melainkan pihak sponsor. Sehingga biaya SMS ini sama dengan SMS biasa sesuai provider yang digunakan.
Satu-satunya Mahasiswa di Presentasi Indigo 2010
Hal yang paling tidak diduga tim ini adalah ketika mereka dinyatakan lolos seleksi Indigo Award 2010. Pasalnya, dari 1028 proposal yang mendaftar hanya diambil 50 tim untuk seleksi tahap kedua. Bahkan, saat presentasi untuk kategori yang diikuti tim Paddy-MIC yaitu kategori rural dan maritim, hanya terdiri dari empat tim.
“Kami sempat minder,†ulas Dhoni sembari tertawa lepas. Sebab, tim yang lolos presentasi tak lain merupakan tim yang sudah menjalankan usahanya. Rata-rata pun usaha yang sudah besar. Padahal, usaha digital tim Dhoni masih berbentuk ide. Tapi, perasaan minder langsung pupus saat tim lain justru menyemangati mereka.
Akhirnya, Paddy-MIC dinobatkan sebagai juara pertama dan berhak mendapat hadiah senilai total Rp 50 juta. “Tahun depan kami ingin merealisasikannya,†ungkapnya. Ia juga berharap, NTP Jatim segera naik. (esy/az)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan