Imam bercerita bahwa niat membuat game edukasi itu memang tidak datang begitu saja. Bermula ketika ia melanjutkan studi S2 di Game Technology jurusan Teknik Elektro ITS. Saat itu ia menerima beasiswa unggulan untuk bidang tersebut. Mengapa justru memilih Elektro? “Sebenarnya saya lebih tertarik pada game teknologinya,†ujarnya singkat.
Lantas Imam mengenang masa-masa studinya. Diakuinya, menjadi mahasiswa Game Technology berarti juga harus mengikuti lomba-lomba nasional. Bahkan sampai tiap tiga bulan sekali. Dalam setiap kesempatan itu, ia selalu mengeluarkan karya game edukasinya yang terbaru. Tetapi ia jarang sekali menang dan tidak pernah juara pertama. “Sebenarnya saya sangat tidak puas dengan hal itu,†sesal pria asli Surabaya ini.
“Juri lomba lebih melihat game dari sisi keindahan dan teknologinya, bukan dari edukasinya,†tambah pria yang tepat akan berusia 34 tahun pada 15 Desember mendatang.
Karena itulah, saat telah menjadi sarjana S2, pria yang juga hobi berbisnis online ini memperbaiki tekadnya. Ia akan terus membuat game edukasi, tetapi targetnya bukan untuk menang lomba. “Saya membuat game edukasi untuk masyarakat,†tuturnya tegas. Menurutnya, banyak game buatannya yang tidak lolos di perlombaan, namun cukup digemari oleh masyarakat lain.
Lebih lanjut Imam menuturkan, game edukasi tidak bercitra negatif seperti game pada umumnya. “Game edukasi hanya mengalihkan sebuah pembelajaran dengan mengikuti alur permainan,†jelasnya. Sayangnya di Indonesaia tidak ada yang mengembangkannya secara intens.
Berbicara tentang karyanya, calah satu ciptaannya adalah Maling Kondang. Game ini cukup familiar dengan mahasiswa ITS pada tahun 2005-2007. Permainannya hampir mirip dengan game populer asal Amerika, Cluedo. Seorang detektif harus mengincar buronannya dengan memecahkan teka-teki yang berhubungan dengan banyak bidang keilmuan.
Tantang Mahasiswa Buat Game
Hobi membuat game edukasi itu juga ia salurkan kepada mahasiswanya. Tahun 2009, ia menjadi pembimbing mahasiswanya yang mengikuti perlombaan Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknik Informasi dan Komunikasi (GeMasTIK) tahun 2009.
Mahasiswa lintas jalur Tri Adhi Wijaya beserta tiga rekannya berhasil meraih satu-satunya medali emas untuk ITS melalui karya bertajuk Typing Tutor for Blind People. Namun tahun ini ia tidak menjadi pembimbing, karena turut menjadi panitia Gemastik.
Menjelang liburan bulan Juli silam, ia juga menantang mahasiswanya dari angkatan 2009 untuk menciptakan sebuah game yang bertema pertempuran 10 Nopember. Awalnya hanya tiga orang mahasiswa yang bersedia. Tak lama kemudian, lima orang lain menyusul.
Melalui riset yang intensif dan kerja yang keras, akhirnya terciptalah P10NER (singkatan dari pertempuran 10 Nopember). Dirilis pada 30 September lalu, menjelang akhir acara Gemastik. “Sebenarnya mungkin lebih tepat bila dapat dirilis pada 10 Nopember,†kata pria murah senyum ini. Ia pun bertekad untuk menyebarkannya pada masyarakat yang lebih luas.
Berharap Bisa Kolaborasi
Menyusul keberhasilan P10NER, ia menggagas sebuah game baru yakni mengenai pertempuran Ambarawa. Rencananya akan ia rilis pada bulan Desember nanti. Bedanya, kali ini ia mengajak mahasiswa Sistem Informasi (SI) ITS.
“Saya ingin nantinya kegiatan menciptakan game edukasi ini melibatkan mahasiswa dari berbagai bidang ilmu,†harapannya. Contohnya, untuk P10NER, ia sempat menggaet dosen Desain Produk dan Industri, Andhika ST untuk menciptakan beberapa karakter dalam P10NER.
Kebutuhan untuk keterlibatan mahasiswa maupun dosen dari bidang ilmu lain sangat dirasakan saat membuat visual novel Merapi Joe dan Merapi Boy. Dua game yang dirilis Jumat (26/11) lalu bertema seputar penyelamatan ketika bencana Merapi meletus.
Diakuinya, dia dan lima orang mahasiswanya sering mengalami berbagai kesulitan. Terutama ketika menciptakan ekspresi karakter-karakternya. Untuk sementara, timnya harus puas dengan pembuatan game hanya melalui gambar-gambar dan musik yang didapatkan secara gratis dari internet.Dampaknya, dua game tersebut tidak dapat dikomersialkan. “Akan sangat membantu bila mungkin anak-anak teater dapat terlibat untuk menciptakan ekspresinya,†harapannya.
Untuk dapat dijual, seluruh aspek dari sebuah game harus diciptakan sendiri. Karena itu, ia sangat berharap bahwa timnya di masa mendatang yang terdiri dari berbagai bidang keahlian akan bisa mandiri. Sehingga hasilnya pun nanti juga dapat mendatangkan keuntungan.
Rilis Portal Game Edukasi
Bersamaan dengan dirilisnya P10NER lalu, Imam juga merilis situs www.gameedukasi.com. Situs ini berisi kumpulan review dan trailer game edukasi dari seluruh dunia, termasuk game-game ciptaannya. Untuk ke depan, Imam memang menginginkan untuk menyebarluaskan game buatannya melalui internet. Sejauh ini, itus ini dikunjungi sedikitnya 50 orang per hari.
Imam sendiri mengaku sudah memiliki beberapa rencana pembuatan game yang lain. Selain di bidang eksakta, ia juga ingin membuat game yang bersifat mengajarkan prosedur. Seperti prosedur pembuatan SIM atau sejenisnya.
Di kelas mata kuliah utamanya, Pembuatan Game untuk mahasiswa S1, ia juga berencana untuk menjadikan tugas-tugasnya berkaitan dengan game edukasi. Karena sebenarnya ia mempunyai cita-cita yang lebih tinggi. “Saya ingin ITS nanti menjadi kiblat game edukasi di Indonesia,†ungkapnya dengan senyum lebar.(lis/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung