Terlihat senyum bersahabat ketika bertemu dengan mahasiswa Teknik Industri angkatan 2007 ini. Dengan ramah, mahasiswa kelahiran Bangkinang (Riau) ini melayani setiap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. “Dengan cita-cita besar menyongsong Indonesia yang islami, Insya Allah kami bersedia menerima amanah ini,” ungkap mahasiswa yang biasa dipanggil Refi ini.

Ditanya perasaannya setelah ditunjuk menjadi Ketum JMMI, pria yang sekarang masih menjabat Ketua Masyakat Studi Islam (MSI) Ulul ‘Ilmi Teknik Industri ITS ini mengungkapkan bahwa ada perasaan bimbang. “Saya merasa gundah gulana dan bimbang, khawatir amanah ini tidak terlaksana dengan baik karena amanah ini berat” ungkap mahasiswa yang pernah menjadi Ketua OSIS ketika SMA ini.

Refi juga mempersiapkan beberapa hal utama yang akan dilakukan pada awal kepengurusannya yaitu pembentukan karakter kader. “Membentuk karakter internal pengurus, minimal terlihat dari amal yaumiah dan aktivitas sehari-hari yang santun dan bersahabat, seperti motto JMMI,” ungkap mahasiswa yang juga alumni Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM TM) 2009 ini.

Selain itu, sinergisitas di semua elemen kampus dalam mengusung dakwah islam juga akan menjadi prioritas. “Sinergisitas baik itu LDJ (Lembaga dakwah jurusan), Hima (Himpunan Mahasiswa), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan elemen lainnya juga menjadi prioriotas kami,” ungkap mahasiswa yang lahir pada tanggal 9 Juni 1989 ini.

Mantan Kepala Biro Mentor Badan Pelaksana Mentoring JMMI ini juga mengungkapkan bahwa terdapat dua program unggulan yang akan dijalankan JMMI. “Orang luar melihat JMMI itu dari mentoring dan RDK (Ramadhan Di Kampus), kalau keduanya sukses maka JMMI dianggap sukses,” ungkapnya.

Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Jurusan (FSLDJ) pun juga menjadi komitmen Refi dalam kepengurusan ini. “Kami berkomitmen membentuk FSLDJ secara de facto dan sudah lengkap dengan program kegiatan bersamanya,” tambahnya.

Selain itu Refi menjelaskan bahwa BPM akan memiliki otoritas sendiri. “Supaya ke depan terdapat banyak inovasi dalam pengemasan kegiatan baik itu untuk mentor maupun mente (peserta mentoring),” ungkapnya.

Pada akhir wawancara, Refi menjelaskan bahwa pentingnya sinergisitas dakwah. “Dakwah itu tidak bisa sendiri-sendiri, butuh semua elemen dan harus bersinergi satu sama lain,” tutupnya. (rik/bah)