Pria yang kerap disapa Amien ini mengatakan, selama ini masyarakat hanya melihat bahaya cuaca tanpa waspada dan antisipasi dampak yang ditimbulkan. "Mengingat angin kencang akhir-akhir ini selalu ada setiap datang musim hujan," imbuh Amien saat ditemui ITS Online, Rabu (8/2).
Fenomena peningkatan kecepatan angin, menurut Amien, merupakan akibat dari adanya pusat tekanan rendah di sekitar Samudera Hindia dan Australia. Ia menuturkan setiap daerah yang pernah dilewati angin kencang hendaknya segera mengantisipasi untuk menghadapi angin serupa di musim hujan berikutnya.
Ia menjelaskan contoh dampak serius akibat yang ditimbulkan agnin kencang. Seperti robohnya pohon, bangunan, papan reklame, hingga atap bangunan berterbangan yang tidak jarang menelan korban jiwa.
Akibatnya, upaya penanggulangan harus terus dilakukan seperti pengecekan dan kontrol terhadap bangunan atau pohon yang ada di sekitar.
"Pengecekan dan kontrol dapat dilakukan seperti studi kelayakan umur bangunan untuk berdiri, tingkat kekeroposan bahan akibat korosi, dan kondisi sambungan." jelas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.
Lebih lanjut, untuk pengecekan pohon, Amien menerangkan dapat dilakukan untuk berbagai aspek seperti usia, kelebatan ranting, dan kekuatan akar. Setiap penanam pohon juga harus memperhatikan cara menanam agar di kemudian hari pohon tidak mudah tumbang.
"Kebanyakan tanam pohon hanya menjadi ajang foto tanpa memperhatikan prosedur penanaman," ujarnya seraya tersenyum.
Ketua Laboratorium Geofisika tersebut juga menambahkan, jika dibuat perbandingan, keadaan angin kencang yang terjadi saat ini memiliki frekuensi dan kekuatan lebih besar dari sebelumnya. "Bahkan, saat ini angin kencang bukan saja melewati daerah-daerah tertentu, namun setiap daerah berpotensi untuk dilewatinya," tuturnya.
Hal tersebut, lanjut Amien, dipengaruhi oleh perubahan fungsi hutan yang saat ini kerap terjadi. Hutan yang seharusnya menjadi penyerap gas karbondioksida dan panas dialihfungsikan menjadi bangunan-bangunan yang menyebabkan berkurangnya daerah penyerap itu.
"Jika hal tersebut terus terjadi maka daerah itu akan menjadi panas dan semakin meningkatkan kemungkinan adanya angin kencang," tukasnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS ini menyatakan, setiap fenomena dan bencana alam yang terjadi terdapat banyak pelajaran yang bisa dipetik.
Ia menyarankan masyarakat agar selalu mencari tahu tentang setiap peristiwa alam yang terjadi untuk meningkatkan pengetahuan dalam menanggulangi. "Bencana jika kita kenal, kita bisa selamat dan menyelamatkan," pungkas Amien mengingatkan. (odi/van)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung