Mahasiswa S1 Teknik Informatika yang baru September lalu wisuda itu menyatakan bahwa siapapun bisa menjadi Mawapres. "Jangan berfikir yang jadi Mawapres itu dia yang terlahir jenius dan sempurna, bukan. Itu mindset yang salah," ujarnya dalam acara Talkshow Mawapres di gedung Pascasarjana ITS, Minggu (16/10).
Menurutnya, semua orang bisa menjadi Mawapres asalkan mau mencari apa yang menjadi passion dan kekuatan pada diri masing masing. Beban moral juga ia rasakan ketika didapuk menjadi Mawapres Nasional. "Karena yang sebenarnya bukan tentang sebelum menjadi Mawapres tapi apa yang bisa dilakukan setelah jadi Mawapres. Kita bisa bermanfaat tidak buat orang lain," tutur Adit.
Menurut pria yang juga delegasi ITS untuk Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2015 ini, memberikan manfaat bukan untuk diri sendiri tetapi juga ke lingkungan sekitar. "Kalau hanya fokus buat belajar sendiri, memperkaya diri sendiri itu bukan prestasi buat saya. Bisa menjadi kebanggaan kalau apa yang kita lakukan dirasakan juga bagi orang lain," sambung pembuat printer 3D ini.
Rasa malas tentu tidak bisa di pungkiri setiap orang, Adit membocorkan kunci untuk melawan malas adalah dengan menemukan passion dan fokus di passion itu. Ia bersyukur menemukan passion di tahun ke empat. "Saya suka di electrical engineering dan komputer sains. Bisa tidak tidur bahkan sampai lupa makan kalau sudah mengutak atik sesuatu. Passion akan mengalahkan kemalasan kita," bebernya.
Untuk mencari passion Adit menyatakan agar jangan mudah berpuas diri dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Terus mencari dan mengembangkan semua yang bisa dilakukan. "Ibarat kapal di pelabuan itu aman, tapi bukan itu dibuat, kita harus menjelajah mencoba sebanyak banyaknya. Gagal itu biasa," ujar pria yang saat ini menjadi marketing manager Go-Box & Go-Kilat di Go-Jek Indonesia.
Tahap belajar pasti dilalui oleh semua orang, Adit mengatakan bahwa semua orang hebat mengawali dirinya dari seorang pemula dan kegagalan. "Jangan membatasi diri kalian, ketika kalian tau kekuatan kalian tentukan visi kalian mau jadi seperti apa, dan cari juga siapa role model kalian," tutur Adit yang pernah menjadi presiden Djarum Beasiswa Plus Surabaya Chapter.
Tidak hanya soal mengejar nilai ketika menjalankan perkuliahan, menurut pribadinya yang paling penting justru tentang segala macam pengalaman dan pembalajaran yang bisa didapat. "Itu jadi bekal besar untuk hidup ke depan, tidak hanya sebatas nilai ada hal yang lebih besar. Yang dilihat adalah proses bukan nilai akhir," ungkap peraih Technopreneurship Muda 2013
Di akhir sesi ia mengatakan bahwa ada tiga tipe pemuda saat ini, yang pertama adalah pemuda yang pintar tetapi tidak peduli dengan negara, hanya ingin memperkaya diri sendiri. Yang kedua adalah pemuda yang tidak pintar dan tidak peduli dengan negaranya. Dan yang ketiga adalah pemuda yang pintar dan peduli dengan negaranya.
"Kita semua harus bisa jadi pemuda yang ketiga. Kalau yang disini saja bisa menjadi pemuda yang ketiga, saya yakin Indonesia akan sangat maju kedepannya," tutup Adit. (mei/guh)