Menurut Mukhtasor, Indonesia sebagai negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, membutuhkan energi yang besar untuk menerangi Sabang sampi Merauke. Terlebih lagi, energi juga dibutuhkan dalam setiap kegiatan penduduk di seluruh Indonesia. Namun ironisnya, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini berdampak terjadinya kegelapan di beberapa titik di Indonesia Timur.
Mantan anggota Dewan Energi Nasional itu juga menambahkan sumber daya terbesar Indonesia terletak ada keberagamannya, bukan kuantitasnya. Jika dihitung jumlahnya, sumberdaya Indonesia sangat terbatas. "Semua sumberdaya yang dibutuhkan negara asing terdapat di Indonesia. Karena itu, kita membutuhkan beragam solusi dan pikiran dari anak anak muda untuk mengelola semua energi ini," tuturnya pada peserta kultam tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, Mukhtasor menjelaskan perlunya pemahamam matang akan kebutuhan utama Indonesia. "Mulai dari sekarang, pikirkan apa saja bidang yang perlu Anda tekuni untuk menyelesaikan masalah masalah energi Indonesia. Jika sudah lulus pergilah ke timur, ke wilayah yang membutuhkan penerangan," tukasnya.
Hal senada turut dijelaskan Hari. Salah satu masalah terbesar Indonesia adalah kepemilikan perusahaan energi di Indonesia. Setidaknya, 85 persen perusahaan migas Indonesia saat ini masih dikusai pihak asing. Hal ini berdampak pada kesejahterahan masyarakat yang belum bisa dioptimalkan. Salah satu solusi yang bisa dilakukan Indonesia adalah pengoptimalan sumber daya yang ada.
Keberagaman sumberdaya Indonesia menjadi kunci utama dalam hal ini. Para peneliti maupun teknisi muda dapat mengembangkan sumber energi dari surya, panas bumi, laut, maupun energi lainnya. "Energi yang satu seharusnya tidak menggantikan energi yang lain, karena satu sama lain memiliki komposisi yang berbeda yang saling mengoptimalkan. Karena itu, sebisa mungkin hindari energi alternatif," ujar Hari.
Dikatakan Rifki,seusai pertemuan itu, mahasiswa harus bisa menentukan bidang apapun yang mereka ingin optimalkan. Dalam bisnis, ia berharap, ke depannya Indonesia tidak lagi mendatangkan investor untuk pengelolaan sumberdaya. Lebih dari itu, sebaiknya Indonesia membangun ekspansi hingga ke luar negeri. "Jangan mau kebagian jadi buruh kasar, tetapi jadilah pencipta lapangan pekerjaan dan sebisanya, luaskan usahamu hingga keluar negeri," pungkasnya. (ven/guh)