Penandatanganan  Memorandum of Understanding (MoU) antara  RDM Centre of Expertise (RDM CoE), RUAS dengan ITS meliputi kerjasama dalam pengembangan riset dan inkubasi teknologi maritim.

Selama lima tahun ke depan, ada beberapa proyek yang akan dijalankan dengan institusi Belanda ini. Misalnya proyek pengembangan Fakultas Teknologi Maritim, pengembangan Living Lab logistik and Water, kolaborasi maritim, pengembangan ilmu maritim dan pengembangan teknopark.

Siebe Schuur, Kepala Departemen Ekonomi Kedutaan Belanda di Jakarta sempat mengutarakan pujiannya kepada Indonesia. Menurutnya, Indonesia telah bekerja keras dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya sejak 2012 silam.

Akan tetapi, jika Indonesia ingin meningkatkan daya saing dengan negara asing, Indonesia perlu mempertimbangkan untuk membuka
kerja sama bidang infrastruktur maritim, pembangunan kapal, pendidikan hingga pelatihan. "Supaya Indonesia dapat segera mengembangkan pasar maritim," tuturnya.
 

Hal senada turut disampaikan Prof Dr Ir Ketut Buda Artana ST MSc. Menurut Wakil Rektor Bidang  Penelitian Inovasi dan Kerja Sama itu, kerja sama ini berpotensi mendongkrak pengembangan penelitian ITS. Khususnya dalam bidang maritim.

Ketut mengungkapkan pengembangan penelitian ITS di bidang maritim berpotensi  memasuki industri yang lebih besar. "Supaya penelitian ITS tidak akan mandek menjadi sekedar tumpukan kertas, tapi juga dapat direalisasikan," ungkapnya.

Untuk mendukung kerja sama ini, RUAS turut menggandeng beberapa perusahaan Belanda dalam percepatan industri. Beberapa diantaranya adalah Netherlands Maritime Technology, Rexroth, Combimac, CSI Control System, Damen, Maritime Consult, RDM, Rubber Design Transocean Coating, dan Winteb.

Dengan adanya kerjasama ini, Ketut berharap ITS dapat melahirkan luaran pasar yang lebih kompetitif. "Dan tentunya meningkatkan kualitas riset mahasiswa dan dosen ITS," pungkasnya. (ven/gol)