Merencanakan karir sudah pasti menjadi agenda penting usai resmi menyandang gelar sarjana. Tak boleh sembarangan, salah memilih langkah tentu akan berdampak pada karir yang tak kunjung berkembang. Dalam seminar bertajuk Strategic Career Planning, Sabtu (17/9), Budi Pangestu SE SKom MM membeberkannya secara gamblang apa yang harus dilakukan usai menyelesai studinya.
"Ada tiga jalan karir yang bisa kita pilih dan kita hanya boleh fokus pada satu jalan saja. Jika tidak, itu akan berdampak pada sepuluh tahun pertama karir kita," ujarnya menjelaskan.
Adalah akademisi, profesional dan wirausaha yang bisa menjadi pilihan karir bagi para penyandang gelar sarjana baru. Menurutnya, masing-masing memiliki kriteria tersendiri yang harus ditekuni untuk bisa melangkah mantap dalam meniti karir. "Ini pula yang menentukan selepas sarjana akan mencari kerja atau kembali kuliah mencari gelar pasca sarjana," terang alumnus Jurusan Informatika Universitas Diponegoro ini.
Bagi seorang sarjana yang memilih langkah menjadi akademisi, kunci penting ada pada dosen endorser yang nantinya akan membantu mempromosikan pelamar ketika mendaftar. Konsentrasi ilmu yang spesifik dan IPK yang mumpuni juga menjadi syarat wajib bagi calon akademisi. "Untuk meyakinkannya kita bisa menawarkan berbagai ide penelitian atau riset lain yang sesuai dengan keahlian sang endorser," tambah Budi.
Berbeda, sarjana calon profesional dituntut untuk mampu berorganisasi dan memiliki kepemimpinan yang tinggi. Berbagai cara menggaet perusahaan idaman juga bisa dilakukan dengan mengikuti program magang yang tersedia di perusahaan terkait.
"Hal yang paling penting adalah tunjukkan konsistensimu dalam bekerja, jangan baru satu atau dua tahun sudah pindah kerja. Itu yang akan membuatmu dijuluki kutu loncat oleh para pemilik perusahaan," papar pria asal Semarang ini sambil tertawa.
Sedangkan bagi calon wirausaha, rencana bisnis dan relasi adalah gerbang awal. Di samping itu, disiplin tinggi dan kemauan untuk terus memulai menjadi syarat wajib yang harus dimiliki. "IPK juga penting, bagaimana bisa mengatur bisnis jika mengatur akademik diri sendiri saja tidak mampu?" ungkapnya kepada peserta yang merupakan peraih beasiswa Bidikmisi.
Di akhir seminar, Budi menambahkan terlepas dari ketiga jalur tersebut yang tidak boleh dilupakan adalah kemampuan berbahasa Inggris dan sikap atau etika yang baik. Karena pada dasarnya etika yang baik akan menuntun sesorang ke masa depan yang baik pula.
"Ingat, mahasiswa ITS jatahnya adalah manajer dan spesialis. Buatlah alamat karirmu sejelas mungkin agar kamu bisa tepat sampai di tujuan," pungkas pria yang melanjutkan studi masternya di UGM ini. (arn/guh)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan