ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
18 September 2016, 09:09

Sempat Enggan Kuliah, Ranny Raih Cumlaude

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Dibesarkan di Banyuwangi, bagian paling timur pulau Jawa, masa kecil Ranny dihabiskan untuk bermain di laut bersama Ayahnya. Ketika mulai beranjak dewasa, takdir mengharuskan ayahnya untuk menutup usia lebih awal. Gundah jelas dirasakan oleh Ranny, apalagi jika ditanyai tentang memutuskan masa depan. 
Semenjak itu pula, Ranny tidak pernah berpikir untuk lanjut kuliah selepas lulus SMA, menurutnya pilihan tersebut banyak menghabiskan uang. "Kalau kata orang, jika ditinggalkan ibu itu yang berpengaruh kasih sayang, tapi kalau ditinggalkan ayah yang berpengaruh di keluarga itu adalah ekonomi. Saya merasakan betul hal itu," kata Ranny.
Namun, nasib berkata lain. Karena prestasinya di bidang akademik yang selalu menjadi sepuluh tertinggi di sekolahnya, guru SMA Ranny menyuruhnya untuk mengikuti seleksi undangan perguruan tinggi. Dengan dalih coba-coba, Ranny pun mengikuti seleksi ini karena yang dibutuhkan hanyalah mengirimkan nilai rapor.
"Saya memilih jurusan Teknik Perkapalan ITS karena almarhum ayah saya dulunya seorang pelaut. Saya kira dulunya Teknik Perkapalan itu bukan mempelajari kapalnya tapi lebih ke laut," terang Ranny. Setelah diterima di jurusan Teknik Perkapalan ITS, Ranny pun semakin bimbang memutuskan masa depannya.
"Setelah itu, saya dipanggil ITS dan ditawari program bidikmisi. Lalu saya harus menghadap petinggi-petinggi ITS untuk diwawancarai, rumah saya juga dikunjungi untuk membuktikan apakah pantas menerima beasiswa bidikmisi," jelas pria tiga bersaudara ini.
Akhirnya, Ranny pun mendapatkan beasiswa bidikmisi sehingga tidak perlu membayar SPP untuk kuliah. Empat tahun berlalu, Ranny membuktikan kesungguhannya berkuliah. Bahkan, ia memecahkan rekor IPK tertinggi selama jurusan Teknik Perkapalan didirikan.
Ranny sendiri saat ini sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang logistik di Indonesia. Ia lebih memilih untuk bekerja terlebih dahulu dibanding menerima tawaran lanjut pendidikan pascasarjana di luar negeri. "Sebenarnya ada dosen yang menawari untuk apply beasiswa S-2 di Jepang. Tapi saya pilih bekerja dahulu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga," tutupnya. (yan)

Berita Terkait