Dalam dukungan yang ditulis di akun facebook-nya, Joni mengaku bangga dan terharu melihat tim Sapu Angin maju dalam kompetisi mobil hemat energi tingkat dunia di Inggris. Meskipun di saat yang bersamaan, sang rektor harus menahan kegembiraan kala mendapat kabar bahwa mobil tersebut hangus terbakar. "Ya Allah cobaan apalagi yang harus mereka hadapi dalam keadaan berpuasa tak kurang dari 19 jam di Inggris sana," tulis Joni, haru.
Tak hanya itu Joni pun menceritakan bahwa beberapa anggota tim tidak mampu menahan tangisnya, sebagian hanya terbelalak tak percaya. Betapa bayangan cita-cita yang hanya tinggal selangkah lagi dibawa sejak dari Surabaya itu musnah begitu saja.
"Betapa remuk perasaan mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa mobil kebanggan telah hangus menjadi abu hampir di semua bagiannya. Seakan ada kekuatan besar yang merenggut harapan bangsa kita ini untuk berjaya," tambahnya.
Belum usai menahan haru, panitia memberikan kabar bahwa mobil yang masih di dalam boks tidak boleh dibongkar karena masih dalam proses penyelidikan. "Saat itu panitia lomba sudah menetapkan bahwa tim Sapu Angin tidak dapat mengikuti lomba karena kerusakan parah yang dialami. Hampir semua anggota tim mengalami down, entah apa penyebabnya kendaraan yang sedemikia hati-hatinya dikemas bisa terbakar. Padahal mengirim mobil lomba ke luar negeri merupakan hal yang biasa," imbuhnya.
Tak ingin terpuruk dalam kesedihan, disaat itu juga Ir Witantyo M Eng Sc selaku pembimbing tim Sapu Angin terus memompa semangat timnya. Seperti api yang tersulut, semangat tim pun kian membara. Sang pembimbing pun berusaha melakukan pendekatan ke berbagai pihak termasuk para petinggi Shell Eco Marathon di Indonesia dan Asia. Mereka bahkan menggandeng Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Britania Raya.
Hasilnya, tim pun diberikan kesempatan untuk membangun kembali mobil hanya dalam dua hari. Sambil menunggu regulasi yang sangat ketat, mereka membuat desain kontruksi mobil baru yang dimulai dari nol. Tim bahkan terus bekerja dalam udara yang relatif dingin tak kurang dari 17 jam dengan konsentrasi penuh hingga lupa bila berpuasa. "Akirnya mereka dipaksa berhenti pada pukul sebelas malam karena paddock sudah dimatikan," tutur Joni.
Tim Sapu Angin terus bekerja maraton dan berusaha mengganti bagian depan mobil dengan aluminium. Seadanya memang, tidak bagus dan juga lebih berat bobotnya dari bahan semula yang berbahan carbon fiber. Tapi apa boleh buat, tidak ada kayu rotan pun jadi. Setidaknya akan tetap memenuhi kriteria teknis agar dapat diijinkan untuk berlomba.
Melihat kegigihan tim yang luar biasa, panitia pun membolehkan tim untuk mengambil blok mesin yang tidak terbakar. "Sebenarnya tim sangat lelah, tapi tidak dirasa karena bayangan untuk meraih kesempatan berlomba jauh lebih menjajikan. Selain itu hanya beberapa jam saja tersisa untuk diperiksa oleh race inspector tentang kelayakan mobil untuk lolos mengikuti lomba," terang Joni.
Usaha memang tidak menghianati hasil, akhirnya mobil yang dibangun hanya dalam 2 hari tegak berdiri. Rasa haru menyeruak seluruh anggota tim termasuk para sivitas akademika ITS dan alumni di tanah air. Dengan teliti panitia inspeksi memeriksa bagian dan kemudian diuji. "Alhamdulillah dua stiker menempel di badan mobil artinya lulus tes," tuturnya.
Saat penulisan tribut ini, di Queen Park London, mobil Sapu Angin sudah berlari mengitari sirkuit dengan tingkat penghematan 183 km per liter. Masih di bawah dari catatan sebelumnya yang 225 km per liter. Tapi data ini masih cukup memberi kesempatan untuk menjadi juara.
"Semoga Tim tetap fokus dan rendah hati, sebab segala sesuatu itu terjadi hanya karena izin dan kehendak-Nya. Sertai terus perjuanganmu dengan doa, dan doa terbaik adalah doa ibu seperti slogan yang tertempel di kaca depan dashboard mobil Sapu Anginmu. Selamat berjuang, kalian sudah menjadi pahlawan bangsa," pungkasnya. (ifa/hil)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan