Dr Tiar Anwar Bachtiar menyebutkan, Islam diperkirakan sampai ke Barus, Tapanuli Tengah pada abad ke-7 Masehi. "Saat itu Islam masuk tak hanya melalui perdagangan, namun juga melalui transmisi ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya," pungkas Tiar.
"Saat itu dakwah Islam dilakukan secara kultural, menggunakan instrumen adat-istiadat setempat," lanjut Tiar. Menurutnya, dakwah kala itu tidak bisa melalui kajian seperti sekarang yang secara bebas dapat berkumpul. Namun, penyebarannya melalui mulut ke mulut.
Kemudian Islam berkembang pesat pada abad ke-13. "Hal ini dapat dibuktikan dengan kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku," pungkasnya.
"Sejauh ini yang dianggap berpengaruh dalam sejarah di Indonesia adalah Hindu-Budha. Padahal, warna Islam lebih kental," ungkap pria kelahiran Ciamis tersebut.
Menurutnya, candi Borobudur merupakan kepercayaan sintetik, bukan murni dari Hindu maupun Budha. "Kalo kita perhatikan di sekitar candi Borobudur, ada tidak kampung Hindu? Kampung Budha?" tuturnya. Menurutnya, Candi Borobudur tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan Hindu maupun Budha.
Bahkan, peradaban candi Hindu-Budha di Sumatera sudah nyaris tidak ada sisanya. "Di Kalimantan, Sulawesi, apalagi Papua. Agama yang pertama dianut Papua adalah Islam, lalu Kristen," ujar Tiar.
Dirinya menegaskan, bahwa hasil-hasil penelitian tersebut merupakan bukti-bukti arkeologis atau catatan perjalanan yang kemungkinan hanya memberikan gambaran parsial tentang bagaimana pengaruh Islam di Indonesia. Indonesia sebagai akar nusantara memiliki kebudayaan dan peradaban Islam yang memiliki peranan sangat penting dalam pembentukan sejarah di Indonesia. (mbi/oti)