ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
01 Mei 2016, 21:05

Museum Virtual Bisa Tingkatkan Minat Pengunjung

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Di berbagai negara maju yang pernah dikunjunginya, Surya mengungkapkan museum merupakan salah satu daya tarik kunjungan wisata. Namun di Indonesia, museum seolah hanya menjadi gudang penyimpanan barang bersejarah. "Sepi pengunjung dan sepi perhatian dari pemerintah," ungkap dosen Jurusan Teknik Multimedia dan Jaringan (TMJ) ini.

Untuk itulah Surya menggunakan teknologi tiga dimensi untuk membangun sebuah lingkungan virtual yang dapat meniru suasana di jaman sejarah. Museum virtual yang ia kembangkan merupakan prototipe sistem yang bekerja. Sehingga pengunjung dapat menikmati suasana Museum Mpu Tantular dimana saja dan kapan saja.
Dengan begitu, museum virtual bisa media promosi di dunia digital untuk menarik kembali minat masyarakat yang mulai melempem terhadap museum. Seringkali masyarakat tidak tahu mengenai hal menarik dari sebuah museum. Berbagai koleksi yang menarik dalam museum  juga kurang dipromosikan. Untuk itulah Surya berharap museum virtualnya mampu mengisi kekurangan tersebut. 
Namun, tidak semua benda koleksi museum didigitalkan dalam bentuk virtual. Surya yakin bahwa benda virtual tidak akan sepenuhnya dapat menggantikan benda nyata. "Bukankah menyaksikan pagelaran asli sendratari atau konser musik jauh lebih berkesan, ketimbang cuma menonton video di youtube?," jelas pria berkacamata ini.  

Menurut pria yang menyelesaikan gelar doktornya tahun 2011 ini, generasi sekarang adalah generasi digital native (pribumi digital, red). Dunia tersebut merupakan percampuran antara dunia nyata, dengan dunia virtual yang merupakan dunia perwujudan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Misalnya berbagai media sosial, Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR). 

Buktinya, berbagai film animasi fiksi virtual dengan perwujudan seolah nyata seperti The Avengers, The Hobbit dan Harry Potter diterima sebagai sajian yang amat menarik bagi generasi saat ini. Menurut dosen yang juga mengajar di Pascasarjana Teknik elektro ini, gejala tersebut merupakan fenomena umum yang tidak dapat dihindarkan.

"Bahkan, para peneliti dapat memanfaatkan fenomena ini dengan membawa pribumi digital ini kembali mencintai museum dan mengembalikan fungsi museum sebagai jendela peradaban," pungkasnya. (gol/guh)

Berita Terkait