ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
29 April 2016, 13:04

BEM FTK Kaji Perkembangan Teknologi Maritim

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Guru besar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Prof Dr Ir Ketut Buda Artana ST MSc, menjadi salah satu pembicara dalam acara yang dihelat BEM Fakultas Teknologi Kelautan ini. Ketut memaparkan bagaimana seharusnya strategi yang diterapkan dalam mengelola energi di Indonesia.

Upaya Indonesia dalam menemukan cadangan gas alam baru, dirasa belum maksimal. Pasalnya, masih terdapat sekitar 49 trillion of cubic feet (TCF) gas alam potensial yang belum diketahui di Indonesia. "Ini karena proyeksi dan komitmen pemenuhan gas domestik tidak dibarengi dengan penyiapan infrastruktur," ujar pria yang tengah menjabat sebagai Wakil Rektor IV Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Masalah infrastruktur ini menjadi persoalan utama pengelolaan energi di Indonesia. Apalagi, sebaran cadangan gas dan fasilitas tidak cocok dengan sebaran kebutuhan gas di Indonesia. Untuk itu, Ketut mengatakan pembangunan terminal domestik untuk pendistribusian gas alam perlu dipercepat. "Kapal pengangkut gas alam juga harus mumpuni," kata lulusan magister dari Universitas Newcastle, Inggris.

Telah banyak negara dengan mudahnya memaksimalkan eksplorasi dan pendistribusian gas alam untuk kebutuhan domestik. Seperti satellite plant gas alam yang dimiliki Portugal, pengilangan mini yang tersebar di Kanada, serta kapal yang didesain khusus untuk distribusi gas alam di Benua Amerika. "Dari hal ini dibuktikan bahwa peran teknologi modern sangat besar untuk memenuhi kebutuhan domestik gas alam di negaranya," ungkap pria asal Bali.

Ketut menambahkan, Indonesia pun sebenarnya sedang berusaha mengejar ketinggalan dalam hal pengelolaan minyak ini. Terbukti, terdapat beberapa proyek pengembangan yang direncanakan dalam waktu dekat. "Di antaranya adalah proyek Indonesian Deep Water (IDD), Eni Jangrik, dan Jambu Aye yang menjadi proyek andalan pemerintah dalam perencanaan produksi gas masa depan," imbuhnya.

Di akhir, Ketut menegaskan bahwa bonus demografi yang dimiliki Indonesia hingga 2020 nanti seharusnya dapat menjadi potensi yang harus dimanfaatkan. Sebab, tak banyak negara yang merasakan bonus ini. "Itulah mengapa pemuda, khususnya mahasiswa, harus punya peran penting dalam pengelolaan energi di Indonesia," pungkasnya. (ayi/riz)

Berita Terkait