Penghargaan yang diterima Heri bukanlah sembarang penghargaan. RINA merupakan organisasi terbesar yang menaungi bidang perkapalan dan berdiri sejak 1860. Tak heran, jurnal yang diterbitkan RINA dinilai sebagai jurnal perkapalan terkuat di dunia. Penghargaan The Distinction Medal yang diterima Heri pun hanya diberikan kepada tujuh orang dari seluruh dunia.
Semua berawal dari keprihatinan Heri terhadap para pelaku usaha galangan kapal yang kesulitan mencari kayu. Terlebih, penebangan pohon untuk kayu mulai dibatasi karena alasan keramahan lingkungan. "Alhasil, banyak pengusaha yang gulung tikar. Kalau begitu, lalu bagaimana kondisi ekonomi kerakyatan di daerah pesisir?" jelas pendiri Paguyuban Laskara yang menaungi industri galangan kapal di seluruh Jawa Timur tersebut.
Ide cemerlang kemudian muncul kala Heri mengamati pembangunan jembatan desa yang kerap menggunakan bambu dan dapat bertahan dalam waktu lama. Tak hanya itu, Heri juga mengaku terinspirasi oleh program Bambunisasi Nasional yang sempat dicanangkan Ir Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Lingkungan Hidup RI di tahun 1993-1998 silam.
Kala itu, Sarwono berpendapat bahwa selain merupakan komoditi yang bagus, bambu juga sangat berguna untuk lingkungan, khususnya dalam pencegahan bencana longsor, erosi, dan angin. Heri pun berinisiatif menggunakan bambu sebagai bahan baku konstruksi kapal. "Saya coba hubungkan ide saya dengan gagasan Pak Sarwono karena ini bisa saling menguntungkan," ujar Heri.
Sejak 2011, Heri akhirnya intensif meneliti bambu, mulai dari metode pengukuran umurnya hingga karakteristik berbagai jenis bambu. Hasilnya, bambu ternyata memiliki 150 persen kekuatan lebih besar dari kayu jati. Pengujian di laboratorium juga menunjukkan bahwa bambu memiliki sifat-sifat mekanis dan kimia yang memenuhi kualifikasi layak sebagai bahan konstruksi kapal.
Tak hanya itu, salah satu sifat dasar bambu adalah semakin kuat ketika semakin lama terkena air. Heri bahkan sempat merendam bambu di dalam air laut sejak 2012 dan kondisinya masih bagus hingga sekarang. Hal ini turut menjadi poin utama yang membuatnya yakin dengan penelitian yang ia geluti. "Berdasarkan karakteristiknya, ternyata hanya ada dua jenis bambu yang dapat digunakan, yakni ori dan betung," ungkap pria yang juga mahasiswa doktoral di Teknik Perkapalan ITS tersebut.
Dengan bimbingan Prof Ir Djauhar Manfaat MSc dan Prof Ir Achmad Zubaydi MEng PhD, saat ini jurnal sembilan halaman tersebut memang baru berisi tentang penggunaan bambu sebagai kerangka luar kapal. Namun, Heri menegaskan bahwa penelitian itu tak akan ada habisnya karena masih banyak yang menurutnya harus dikembangkan. "Tapi setelah penelitian empat tahun terakhir, saya bisa dengan yakin menyimpulkan bahwa bambu pasti dapat digunakan sebagai bahan seluruh konstruksi kapal," tegasnya.
Ingin Segera Diimplementasikan
Saat ini, Heri pun sedang berjuang bersama Paguyuban Laskara untuk mengimplementasikan penelitiannya dalam skala besar. Respons para pengusaha galangan kapal pun sangat positif. Bahkan, sebuah galangan kapal di wilayah Pasuruan telah ditunjuk sebagai pusat proyek percontohan.
Namun, Heri mengaku terdapat beberapa hal yang dapat menjadi penghambat. Layaknya sebuah inovasi baru, Heri sadar bahwa akan sulit menemukan ahli di bidang pengolahan bambu. Sehingga, dirinya harus melakukan penyuluhan terlebih dahulu. Selan itu, keterbatasan alat juga menjadi masalah besar. "Selama ini, alat-alat yang kami gunakan selama penelitian adalah buatan kami sendiri. Sebab, mereka tak ada di pasaran," tutur Heri.
Tata niaga bambu yang masih belum baik di Indonesia juga diakui Heri cukup menjadi tantangan. "Namun, selain lebih kuat, keunggulan bambu yang utama adalah lebih murah, meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama," akunya.
Apresiasi Pemerintah?
Saat ditemui ITS Online, Heri sangat senang karena penelitiannya diakui dunia internasional. Bahkan, setelah penghargaan tersebut diterima, beberapa universitas dunia mengundangnya untuk mempresentasikan hasil penelitiannya. "Kami juga ditawari joint research oleh Newton Fund. Selain itu, saat ini kami sedang membahas rencana kerjasama dengan Wismar University, Jerman," aku pria yang menempuh pendidikan magisternya di University of Strathclyde, Skotlandia ini.
Namun, Heri menyayangkan pemerintah yang terkesan memandang sebelah mata penelitiannya. Padahal, niat mulia Heri adalah untuk turut mengembangkan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Di sisi lain, ia juga bertujuan untuk memberikan dampak baik lingkungan hidup. Pemerintah pun seharusnya dapat mengapresiasi. "Bentuknya tidak hanya dalam hal dana namun juga kebijakan. Saya juga berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian khusus untuk para petani dan pengrajin bambu," pungkasnya. (ayi/mis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan