Adalah Jenabi Ling Kwok MArch, seorang arsitek dari firma DP Architect Singapura, yang menekankan betul pentingnya identitas diri seorang arsitek. Menurutnya, menjadi arsitek itu menarik. "Banyak hal yang kita pelajari jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain," ujarnya.
Walaupun tidak mandalam,banyak peluang pula bagi mahasiswa arsitektur untuk merambah berbagai peluang pekerjaan. Sehingga, di era sekarang ini, mahasiswa harus bisa berpikir terbuka terhadap apapun yang terjadi di berbagai belahan dunia. Karena ada banyak sisi yang bisa diamati guna melihat suatu permasalahan dan menentukan solusinnya.
"Pedulilah terhadap apa yang sekarang ini dijalani, kawasan kumuh, kesenjangan sosial, dan beragam permasalahan di masyarakat harus bisa diselesaikan oleh kita, tanggung jawab kita," tutur alumni University of Tasmania, Australia ini.
MEA pun menurut Jenabi, sapaannya, adalah suatu hal yang tidak dapat diprediksi. Saat ini, banyak negara termasuk Indonesia tengah gencar-gencarnya melakukan berbagai persiapan. Pun sebagai arsitek yang menguasai berbagai bidang, kita tidak dapat mengontrol apapun yang terjadi. "Jangan berkompromi dengan harga seolah-olah arsitek itu tidak ada harganya, sebab desain itu mahal. Tetap pegang teguh identitas diri dan produktif menghasilkan karya yang berkarakter," jelasnya.
Jenabi memprediksi, apapun bisa terjadi di masa depan. Termasuk digunakan atau tidaknya seorang arsitek. Sekarang saja orang-orang dengan mudahnya memesan makanan dan langsung diantarkan ke rumah. "Bagaimana jika nanti rumah-rumah dengan mudahnya dijual di internet? Arsitek tidak lagi berharga. Jangan berpikir untuk jadi seperti zaha hadid atau yang lainnya, tapi jadilah diri sendiri dengan kekhasan pribadi," pesannya kepada mahasiswa.
Sementara itu, Natasha Ayu Haryani, Ketua Departemen Hubungan Luar Himasthapati mengatakan, sudah tepat kita mengundang Jaenab yang notabene seorang arsitek dari luar Indonesia agar masuk dalam konteks MEA. Di ITS sendiri, khususnya Jurusan Arsitektur, wawasan internasional itu dirasa kurang. Diharapkan dengan adanya pembicara asal Singapura ini akan jadi pemicu bagi mahasiswa untuk mengenal dunia luar.
Sebab, lanjutnya, dalam dunia pekerjaan nanti arsitek tidak hanya berasal dari kampus ITS saja, dari Indonesia saja, tapi juga ada arsitek-arsitek luar negeri. "Selain mengincar sisi keprofesian, pemupukan rasa percaya diri, kita juga membidik mahasiswa untuk lebih open minded. Ada banyak kompetitor, otomatis mahasiswa harus punya banyak pengalaman skill pendukung lainnya," pungkasnya mengkahiri sesi wawancara dengan ITS Online.(owi/guh)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan